Arab Saudi Larang Jual Souvenir Makkah dan Maqam Nabi Ibrahim

Ilustrasi/Net

LAMANRIAU.COM, MAKKAH – Kementerian Perdagangan dan Investasi Arab Saudi melanjutkan kampanye melarang penjualan souvenir Ka’bah di Makkah, souvenir Makam Ibrahim dan Al-Haram Al-Makki.

Kementerian melakukan tur inspeksi ke toko-toko untuk memberitahukan soal larangan penjualan souvenir tersebut, yang disebutnya sebagai kampanye untuk melestarikan kesucian ketiga tempat suci itu.

Menurut seorang sumber pada cabang Kementerian Perdagangan dan Investasi di Makkah, souvenir dan barang antik Al-Haram telah disita dan toko-toko yang melanggar diberitahu tentang konsekuensi tindakan menjual barang-barang tersebut.

Banyak dari perusahaan komersial berbasis di Makkah telah bekerjasama dengan pabrik-pabrik internasional untuk menjual souvenir Ka’bah dan Maqam Ibrahim, karena dinilai menguntungkan.

Para ekonom percaya, bahwa sektor barang dan hadiah antik di Makkah dan Madinah akan menciptakan kesempatan kerja bagi pria dan wanita. Mereka juga percaya ada peluang manufaktur berskala besar dari itu.

Ali Al-Twaim, seorang profesor yurisprudensi Islam, mengatakan, bahwa menjual souvenir yang berisi gambar Ka’bah dan masjid suci merupakan penghinaan terhadap kesuciannya dan merupakan praktik yang salah.

Dia menekankan, bahwa souvenir-souvenir itu harus memperhitungkan kesucian dan kehormatan yang diberikan oleh Tuhan kepada tempat-tempat ini. Selain, fakta bahwa mereka dapat ditempatkan di tempat yang tidak tepat.

“Banyak dari souvenir ini tidak mencerminkan tingkat keterikatan dan kasih sayang. Ada beberapa jamaah haji dan umrah, dan pengunjung yang sangat menyukai apa pun yang dijual di Makkah, belum lagi jika itu seperti Ka’bah, Maqam Ibrahim atau Al-Haram Al-Makki,” kata Al-Twaim, dilansir dari Arab News, Kamis (11/1).

Abdel Moneim Bukhari, pemilik Perusahaan Al-Meawiah untuk Barang dan Hadiah Antik, meyakini secara ekonomi replika ini adalah souvenir yang banyak pengunjung simpan dan tetap menjadi penghubung yang menghubungkan mereka dengan tempat yang mereka hormati.

Bukhari mengatakan, bahwa jamaah haji dan umrah, seperti semua wisatawan di seluruh dunia, ingin membawa cendera mata atau kado yang mengingatkan mereka pada Makkah. Dia mengatakan, bahwa barang-barang ini memiliki dampak ekonomi yang positif terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Banyak produk industri ini diimpor dari beberapa negara seperti China, India, Taiwan dan Pakistan, yang jauh dari pabrik yang dikhususkan di Makkah. Mereka harus menjadi produk berkualitas tinggi dan memiliki standar penghargaan,” kata Bukhari.

Dia mengatakan, apapun yang berasal dari Makkah seharusnya dibuat di Makkah dan mendukung ekonomi dari haji dan umroh. Karena salah satu pilar dari Visi 2030 ialah termasuk meningkatkan jumlah jamaah haji dan umrah sampai 30 juta orang pada 2030.

Dia menambahkan, bahwa banyak sektor ekonomi yang akan menyesuaikan diri dengan tantangan di tahap ini. Yang berarti, bahwa persyaratan haji dan umrah dan kebutuhan mereka sangat penting dalam hal perumahan, hotel, kehidupan, transportasi, industri, barang antik dan hadiah. (rol)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *