Riau  

LAMR Diminta Tepuk Tepungtawari Cawapres Sandiaga Uno

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Berbagai kalangan di Riau cukup antusias menyambut pencawapresan Sandiaga Salahudin Uno (SSU), mendampingi Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden dalam Pilpres 2019 mendatang. Salah satu bentuknya adalah bagaimana Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) diminta menepuktepungtawari lelaki kelahiran Riau 49 tahun yang lalu itu.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (Ketum DPH) LAMR, Datuk Seri Syahril Abu Bakar mengatakan, lembaga tersebut diminta melaksanakan acara adat untuk SSU itu, datang dari berbagai kalangan. “Bukan saja dari masyarakat banyak, tetapi juga orang-orang di sekitar Pak Sandi,” kata Syahril, Jumat (10/8).

Datuk Seri Syahril menyebutkan, permintaan menepuktepungtawari SSU sudah didengar malah sebelum pencawapresan dideklarasikan. Hal semacam ini semakin deras setelah deklarasi sampai Jumat siang.

Selain menampung berbagai permintaan, pihak LAMR juga aktif mencari informasi tentang keberadaaan SSU. “Tentu kami cari waktu Pak Sandi lagi, sementara LAMR siap bila-bila masa saja kegiatan itu dilakukan,” katanya.

Sepeti diketahui, tepuk tepung tawar adalah suatu upacara adat Melayu Riau. Upacara ini merupakan simbol untuk mendoakan seseorang karena keberhasilannya atau doa mengiringi suatu kegiatan besar.

Dalam beberapa bulan terakhir, LAMR telah beberapa kali menepuktepungtawari tokoh. Di antaranya adalah Ketua MPR Zulkifli Hasan dan politikus dari Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Ini di luar dengan pemasangan tanjak, terbaru diberikan kepada Presiden RI- ke-3, BJ Habibie.

Hak Riau
Berkaitan dengan tepuk tepung tawar itu, pakar komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah, Jupendri, M.Ikom menilai bahwa permintaan berbagai kalangan tersebut sebagai suatu kewajaran. “Tak ada salahnya bila hal itu dilaksanakan,” katanya.

Seperti juga Syahril, Jupendri mengatakan, bagaimanapun, SSU lahir di Riau malah sempat menikmati masa kecil ceria di sekolah. Kenyataan ini dapat memberi motivasi bagi masyarakat Riau, terutama generasi mudanya bahwa daerah ini memiliki potensi sumber daya manusia yang tak kecil. Bukan hanya sumber daya alam.

“Populeritas Ustadz Abdul Somad yang membawa nama Riau masih tinggi, kini muncul pula SSU yang juga membawa nama daerah ini. Sesuatu yang menyebabkan orang harus memandang Riau sebagai sesuatu yang penting,” kata Jupendri.

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah itu mengatakan, tentu saja kemunculan nama SSU membawa harapan bagi Riau untuk memperoleh haknya, sebab perjuangan bisa dilakukan dari berbagai sisi. Tidak saja dari balik dinding pemerintah, tetapi kini juga termasuk dari kalangan istana.

“Kita meminta hak, bukan hendak meminta sesuatu,” kata Jupendri seraya menjelaskan memperjuangkan hak adalah berdasarkan potensi daerah ini sendiri. Misalnya bagaimana Riau memperoleh keuntungan yang lebih dari apa yang ada terhadap sumber daya alamnya.

Hal itu misalnya dapat diperlihatkan dengan bagaimana pengalihan penambangan ladang minyak harus dikoordinasikan dengan pemerintah daerah sebagaimana diatur undang-undang.

Tidak bisa langsung pemerintah pusat menetapkan sebagaimana terjadi pada penunjukan Pertamina sebagai pengelola ladang minyak blok Rokan baru-baru ini. (rls)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *