Panitia Kirab Satu Negeri di Siak Perlu Tabayyun ke Masyarakat Riau

Ketua DPH LAM Riau, Datuk Seri Syahril Abu Bakar

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Pihak penyelenggara kegiatan Kirab Satu Negeri, Zikir Kebangsaan dengan subtema munajat untuk kedamaian Indonesia yakni dipelopori Gerakan Pemuda Ansor Riau di Siak beberapa hari mendatang, perlu melakukan tabayyun dengan masyarakat Riau berkaitan dengan kegiatan tersebut.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau (Ketum DPH LAMR) Datuk Seri Syahril Abu Bakar, hal itu dimaksudkan agar situasi kemasyarakatan di tanah Melayu ini dapat berjalan harmoni sebagaimana biasanya.

“Berbagai komponen masyarakat Riau mempertanyakan sekaligus menolak kegiatan hal itu kepada saya sebagai Ketum DPH LAMR. Aspirasi disampaikan tidak saja melalui telepon, tetapi juga media sosial,” kata Syahril, Selasa (18/9).

Menurutnya, sikap mempertanyakan sekaligus menolak kegiatan tersebut dilatarbelakangi berbagai sebab. Di antaranya, GP Ansor di berbagai tempat, menolak kedatangan Ustadz H. Abdul Somad (UAS), yang jelas-jelas ulama dari Riau dan memegang gelar adat Datuk Seri Ulama Setia Negara.

Apalagi pernyataan sejumlah “petinggi” GP Ansor, bahkan oleh Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, tentang UAS tidak sesuai dengan kenyataan dan menyinggung perasaan sebagian besar masyarakat Riau.

Selain itu, kata Syahril, ada juga masyarakat yang menolak kegiatan itu karena menganaloginya dengan Islam Nusantara, padahal masyarakat Melayu Riau tidak berada pada posisi itu. Misalnya soal zikir, berzikir sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW, bukan dengan embel-embel kebangsaan yakni zikir kebangsaan sebagaimana yang hendak dibuat panitia.

Dengan dasar itu pula, poster kegiatan menjadi sasaran. Sebab acara yang dinamakan Kirab Satu Negeri, Zikir Kebangsaan, dilatarbelakangi foto Istana Siak dan Bupati Siak, Syamsuar.

Poster itu menunjukkan seolah-olah pihak yang berkaitan dengan Istana Siak yakni masyarakat dalam pengaruh Kerajaan Siak pada sebagian Provinsi Riau, sebagian lagi di Sumatera Utara, Aceh, dan Kalimantan Barat mendukung acara tersebut.

“Jadi, memang perlu panitia menjelaskan maksud mereka yang sebenarnya. Perlu juga mereka menjelaskan sikap kepada UAS dan bagaimana UAS juga bisa dengan lancar melaksanakan tugasnya sebagai da’i terutama berhubungan dengan GP Ansor di berbagai daerah,” kata Syahril.

Ia menambahkan, keberatan pada istilah dan foto Istana Siak, sepatutnya juga amat diperhatikan panitia. Meskipun demikian, masyarakat Riau tetap menghormati tamu, apalagi dengan maksud mendakwahkan Islam sebagai jati Melayu.

“Cuma penjelasan dan saling menghormati kedua belah pihak yakni antara yang datang dengan tempatan senantiasa diperlukan, sehingga saling pengertian timbul dari hati, bukan karena kepentingan sesaat,” punglasnya. (rls)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *