Perjuangan Petani Kelapa untuk Calon Sarjana

LAMANRIAU. COM, MANDAH – Orangtua yang mana tak bahagia melihat anaknya menjadi seorang sarjana. Baharudin seorang petani kelapa salah satunya ingin melihat anaknya sukses dan menjadi seorang sarjana.

Kesadaran Baharudin bahwa pendidikan begitu penting bagi anak-anaknya dan kewajiban menuntut ilmu menjadi penyemangat
baginya untuk memperjuangkan dan mewujudkan keinginan anak laki – laki semata wayang menjadi seorang sarjana.

Tidak mengenal lelah dan letih apa yang telah Ia kerjakan dan tak peduli berapa besar biaya pendidikan perkuliahan yang harus dikeluarkan. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Swasta sejak tahun 2016, kini anak laki-laki semata wayangnya telah mulai duduk di bangku perkuliahan.

Bermodal semangat dan keyakinan serta kebun kelapa yang tidak begitu besar miliknya ketika musim panen tiba, lalu Ia mampu memasukan kebutuhan biaya yang harus dibayar, mulai dari pembayaran uang per semester hingga uang kost yang lumayan mahal.

Baharudin laki-laki yang tangguh ini adalah seorang petani kelapa di Desa Bantayan di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir. Meski kini sudah berumur 45 tahun tidak menghalangi dirinya untuk mewujudkan niat baik anaknya untuk menuntuk ilmu. Walaupun tempat pendidikan yang anaknya tempuhi jauh dari tempat tinggal.

Sedikit pun tak pernah bosan dan mengeluh atas rutinitas yang ia lakoni sejak kecil. Baharudin mulai berangkat ke kebun kelapanya sebelum matahari terbit hingga pulang hampir matahari terbenam.

“Begitulah rutinitas hampir setiap hari saya lakukan bukan pegawai saja yang kekantor dan memakai baju dinas, saya juga memakai baju dinas dan ngantor juga, yakni memakai baju lusuh yang dipergunakan untuk ke kebun kelapa,” ujar Baharudin dengan sedikit ketawa.

Lelaki beranak empat ini tak ingin nasib anaknya berakhir seperti dirinya yang harus putus sekolah sejak sekolah dasar lantaran tidak sanggup lagi untuk membeli saragam dan kurangnya dana. Ia memang lahir dari keluarga yang miskin. Semua pekerjaan dilakoni untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mulai dari petani kelapa kebun sendiri, mengambil upah mengerjakan kebun kelapa milik orang lain, menebang pohon kayu untuk dijual dan bahkan menjala ikan untuk dijual.

“Rezki sudah diatur oleh Allah, tinggal kita saja harus berusaha untuk menjemput rezki yang telah dikasih allah walapun beribu pekerjaan yang harus ia lakoni selagi itu halal,” ucap Baharudin sambil membawa bekal siap pergi ke kebun kelapa miliknya.

Dengan pompong kecil miliknya dan alat-alat petani, lalu Ia berangkat ke kebun kelapa dengan jarak yang cukup jauh dari rumah. Terkadang jika keadan air laut surut dan tidak memungkinkan untuk menggunakan pompong kecil untuk pergi kekebun dikarenakan takut kekeringan dan tidak bisa pulang, lalu ia terpaksa pergi jalan kaki walaupun jarak yang ia tempuh cukup jauh hampir 30 menit, belum lagi untuk memulai pekerjaannya.

Tapi bagi Baharudin demi anak-anak semuanya Ia lakoni dengan tersenyum. Sosok ayah yang satu ini membiarkan anaknya untuk menempuh jalan kesuksesan masing-masing. Entah apa yang bakal dilakukan anaknya, asalkan pekerjaan yang halal, dengan sepenuh hati orangtua akan mendukung. “Kita tidak akan tahu apa yang terjadi dimasa akan datang,” ucapnya.

Dengan wajah bercampur keringat ia berkata dan berharap semoga anak-anaknya bisa mengamalkan ilmu yang diperoleh, dan bisa membanggakan orang tua dan bermanfaat bagi masyarakat yang lainnya.(jar) **

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *