Kenduri Pantun, Pakar dari Belanda Ikut Bicara

LAMANRIAU.COM,PEKANBARU – Seorang pakar sastra dari Belanda, Will Derks, P.Hd., ikut bicara dalam kenduri pantun, Ahad malam 22 Desember 2020.

Selain itu akan berbicara Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATl) Prof Dr Pudentia MPSS, Assc Prof Dr A.Malik (Kepri), Dr Najamuddin Ramly (Sulsel), dan tuan rumah Datuk Seri Al azhar serta Gubernur Riau Syamsuar.

Baca : LAMR Usulkan Hari Pantun Sedunia 17 Desember

Demikian menurut Ketua ATL Riau yang juga Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (Ketum MKA LAMR) Datuk Seri H. Al azhar bersama Kepala Dinas Kebudayaan Riau Yoserizal Zen kepada media, Sabtu 26 Desember 2020.

“Kita sudah konfirmasi dengan semua pembicara dan insyaallah, memungkinkan,” kata Al azhar.

Kenduri pantun berlangsung atas kerja sama antara Dinas Kebudayaan, LAMR, dan ATL, berkaitan dengan penetapan pantun sebagai warisan budaya tak benda dunia, UNESCO, Kamis 17 Desember 2020 malam. Hal ini usulan Indonesia bersama Malaysia, dengan basis pantun Riau dan Kepulauan Riau yang d imotori oleh Asosiasi ATL atas naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan RI.

Dengan posisi pantun tersebut, Indonesia telah memiliki 11 materi budaya yang diakui sebagai warisan budaya tak benda dunia. Sebelumnya adalah keris, wayang, pendidikan dan pelatihan batik, angklung, tari saman, noken, tari tradisi Bali, pinisi, dan pencak silat.

Menurut Kadis Kebudayaan Riau, Yoserizal Zen, status pantun itu patut d isyukuri. Berbagai pelajaran dari keberadaannya dulu dan kini, kemudian implikasinya pada masa mendatang. “Kenduri ini sebagai wadah kita untuk bersyukur sekaligus bertafakur,” katanya.

D ianjung sastrawan Taufik Ikram Jamil, sambung Yose, acara tersebut akan mendedahkan lika-liku pantun menjadi warisan dunia. Lalu diambil patinya untuk kreativitas kini maupun mendatang. Akan ditampilkan juga salah satu genre pantun tradisi yakni pantun kayat, selain pendendangan pantun dalam gambus. Selain itu akan ada acara jual-beli pantun.

Berwibawa

Menurut penganjung kenduri pantun ini, Taufik Ikram Jamil, pembicara dan tampilan lainnya dalam kegiatan tersebut cukup berwibawa. ATL d iminta berbicara karena lembaga ini yang memprakarsai pantun sebagai warisan dunia. Ini d isokong Kemendikbud, khususnya D irektorat Warisan dan D iplomasi Budaya, D irjen Kebudayaan yang waktu itu d ipimpim Najamuddin Ramly. Tak kurang berwibawanya adalah Will Derks, yang pakar sastra dengan disertasinya mengenai tradisi lisan di Riau awal 90-an.

Pantun d ipercayai sebagai karya asli nusantara diperkirakan sudah wujud lebih dari 1.500 tahun lalu, semula sebagai alat komunikasi manusia dengan sesuatu yang ghaib melalui upacara pengobatan seperti dalam tradisi masyarakat Talangmamak dan Sakai. Pantun kemudian memasuki ruang komunal seperti upacara adat, sampai memasuki arena populer dan ekspresi sehari-hari. Ia melekat dalam jenis kelisanan lain di Riau seperti kayat pantun, menumbai, pantun atui, batobo, dan koba.

Tak saja dalam negeri, pantun juga mengilhami penyair luar dalam mengembangkan kreativitas. Dengan bentuk persajakan “ab/ab” yang terdiri atas sampiran dan isi masing-masing dua baris pula, khazanah ini ini mengilhami sastrawan Prancis ternama Victor Hugo seperti terlihat dalam karyanya bertajuk Les Orientalis (1829), setelah ia berkenalan dengan A D ictionary and Grammar of the Malayan Language oleh William Marsden tahun 1812. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *