Bisnis  

Dosen UMRI Lakukan Pengabdian Masyarakat ke Pengrajin Rotan

rotan

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru sebagai salah satu kawasan terkenal dengan usaha kerajinan rotannya. Hampir sepanjang Jalan Yos Sudarso, berjejer kedai-kedai yang menawarkan produk olahan rotan. Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai tujuan wisatawan untuk berburu kerajinan khas Pekanbaru ini.

Baca : Badan Standarisasi Nasional Harapkan UMKM Miliki SNI

Namun demikian, ketika pada awal tahun lalu masyarakat dunia mulai gempar oleh penyebaran Covid-19. Tak ayal, perkembangan virus yang begitu cepat ini mengakibatkan berbagai sektor-sektor dunia lumpuh total, mulai sektor pendidikan hingga kepada perekonomian.

Salah satu yang terdampak akibat perkembangan virus Covid-19 yaitu industri kreatif pengrajin rotan Rumbai Pesisir. Para pengrajin yang tergabung dalam koperasi Rotan Kencana mengeluhkan sulitnya ekonomi akibat pandemi ini. Bahkan kesulitan untuk menggaji karyawan yang bekerja.

Dari hasil observasi tim pengabdi Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) pada Senin 27 Juli 2020, menemukan bahwa para pengrajin rotan mengalami defisit penjualan hingga 70% keatas. Hal ini sangat membebani. Ada beberapa kedai bahkan harus gulung tikar karena ketidakmampuan dalam menangani permasalahan.

“Solusi yang ditawarkan melalui program pengabdian masyarakat ini adalah membuat teknologi pemasaran berbasis online web marketing. Sebagai promosi virtual untuk meningkatkan omset dan metode partisipatif, penyuluhan, pendampingan dan pelatihan. Ini untuk peningkatan kemampuan manajemen dan pengelolaan anggota pengrajin rotan,” kata Ketua Tim, Asrinda Amalia bersama anggota Aidil Haris dan Sri Rahmayanti.

Menurut Asrinda, dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang juga mengundang narasumber pelatihan yakni Dr. Fatmawati dan Khusnul Hanafi M.Soc, SC ini, untuk menerapkan teknologi pemasaran dengan berbasis online web marketing terhadap penjualan produk kerajinan dari koperasi Rotan Kencana Kecamatan Rumbai Pesisir.

Ini juga bertujuan untuk peningkatan kemampuan memanajemen para pengrajin dalam penjualan pada masa pandemi covid 19. Dengan metode partisipatif, penyuluhan, pendampingan dan pelatihan.

“Dari hasil penelitian d itentukan bahwa produsen pengrajin rotan mengalami penurunan penjualan yang sangat signifikan selama pandemi Covid-19. Jika tidak berikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini, tentunya akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan usaha para pengrajin rotan tersebut,” ujarnya.

“Untuk itulah perlu adanya tranformasi dan pembaharuan baru terhadap mekanisme penjualan. Perubahan pola penjualan baru ini harapannya mampu mengatasi permasalahan bagi para pengrajin rotan,” imbuhnya.

Kata Asrinda, dari pada hasil analisis situasi sebelumnya, maka ada beberapa permasalahan yang d i alami oleh para produsen penghasil kerajinan rotan jalan Yos Sudarso, Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Permasalahan utama bagi para pengrajin rotan yang tergabung dalam koperasi rotan Kencana yaitu terkait sistem pemasaran.

“Selama ini, para produsen pengrajin rotan hanya mengandalkan metode pemasaran tradisional. Hal ini dipertegas oleh beberapa pengrajin rotan yang menyatakan mereka tidak mempunyai kemampuan dalam mengoperasikan sistem penjualan yang berbasiskan web,” ujarnya lagi.

Lebih lanjut para pengrajin ini, jelas Asrinda, faktor pendidikan menjadi salah satu yang mengakibatkan lemahnya kemampuan mereka dalam menguasai teknologi terbarukan. Ketidakmampuan dalam penggunaan teknologi baru seperti pada masa sekarang ini akan menjadi faktor yang cukup besar dalam memasarkan produk hasil olahan. Hampir semua sektor bisnis yang bergerak dalam penjualan sudah beraliah dari sistem konvensional ke sistem yang lebih modern dan terbaru.

“Permasalahan kedua yaitu terkait kemampuan para pengrajin dalam memanage sistem penjualan dan dalam hal manajerial. Hal ini tentu berdampak pada kurangnya inovasi-inovasi dalam menciptakan model-model produk terbaru,” katanya.

“Para pengrajin ini masih tetap fokus untuk menciptakan produk olahan yang sudah turun temurun dan tidak mampu menciptakan produk-produk inovatif. Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan-pelatihan yang lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi para pengrajin rotan. Ketika pengrajin ini sudah mampu untuk berinovasi, tentunya akan berdampak terhadap produk yang dihasilkan nantinya,” sambungnya.

Permasalahan ini juga d ibenarkan oleh salah satu pengrajin yaitu Lina (45). Lina menyatakan bahwa produk olahan rotan yang mereka hasilkan masih tergolong belum inovatif d ibandingkan dengan produk olahan dari pulau Jawa. “Hal ini tidak terlepas dari kurangnya pelatihan-pelatihan yang didapatkan oleh para pengrajin dan juga terbatasnya alat mesin produksi yang memadai,” katanya.

Lebih lanjut, Ia menyatakan bahwa semua pengerjaan hasil olahan produk rotan ini masih manual oleh tenaga manusia. “Oleh karena itu, dua permasalahan sangat fundamental bagi pengrajin rotan kecamatan Rumbai pesisir. Permasalahan tersebut harus menjadi fokus utama dalam menyelamatkan industri kreatif ini,” pungkasnya. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *