Puisi Temul’amsal
SASAU
ketika di mimbar
dengan wajah cereia
sambil menepuk nepuk dada
ia berkata
akulah pembela
tetapi .. di forum diskusi
ia menepi sendiri
membisukan diri
saat mengemukakan pendapat
pandainya hanya berkoalisi
menyelamatkan dan
menyurukkan diri
tanpa membela hakanak negeri
walau disumpah
dengan menyebut
nama Allah
ia tetap berkhilah
tak pernah amanah
padahal di atas podium
mulutnya lantang berkata
akulah pembela rakyat jelata
–31 Juli 2020
Puisi Temul’amsal
AKHIR PERJALAN
Aku bukan lagi pendaga, pencipta dunia
dengan kata kata. Aku tak perenung pelangi
perancang alam aneka warna. Aku berhenti menjual
suara si penggugah telinga.
Kanvasku kini tak berbingkai, penuh wajah tak
Berupa. Tak ada warna, tak ada titil dan koma.
Suaraku tak bergema, melayang jauh menembus ke
Angkasa ke siratulmuntaha, di atas sejadah malam,
dalam diam .. tak ada penonton di sana.
Pku28012001
TEMUL’AMSAL, lahir di Pelalawan Riau 31 Juli 1954. Pekanbaru ia memimpin beberapa bengkel teater. Satu antaranya Bengkel Teater Gema, yang berdiri sejak 1977. selain banyak menulis naskah drama pentas dan drama radio, menyutradara dan bermain drama. Ia juga seorang penyair, deklamator dan pelukis. Pernah membacakan sajak-sajaknya d i Taman Ismail Marzuki dan beberapa kota besar Indonesia, termasuk negara tetangga. Sejak tahun 1983-1998 telah mempublikasikan tak kurang 200 judul naskah sandiwara radionya melalui beberapa stasiun radio siaran dari berbagai tempat. IG: temul’amsal. ***
Baca : Puisi Klasik Karya Hamzah Al-Fansyuri
*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]
