Puisi Rian Kurniawan – Gunung Sahilan dan Lainnya

Gunung Sahilan

Di tengah polusi kota
Kau berdiri tegak bak karang dihempas samudera
Gunung Sahilan, tanah pusaka dihuni para raja
Kau terus bergerak merambah desa-desa
Menabalkan tuah kata dan pusaka raja
Menjaga adat resam di tanah melayu tua

Kau jadi cermin raga dan jiwa yang purna
Saat kota berubah menjadi ganas
Kau jadi peneduh jiwa-jiwa muda yang haus sejarah
Kau bandarkan tanda-tanda kekuatan yang tak terbaca masa
Kau tunjukkan wadah-wadah air minum para raja

Gunung Sahilan negeri para raja
Yang dijaga dari masa ke masa

Pekanbaru, 2017

Kemana Nak Mengadu?

Di antara baris-baris rindu langit, di balik sendunya awan kelabu
Ada petikan sunyi yang bergetar dalam hati
Mengais cerita-cerita dahulu, tentang aku, tentang engkau dan dunia kita
Saat langit tak lagi merona, kidung senja pun dilahap gelapnya malam

Kemana nak mengadu?
Saat aku melihat rintihan pohon-pohon dilalap gemuruh api
Saat aku mendengar jeritan dan pekik lolongan binatang-binatang berlari
Saat aku mencium aroma mati dari akar-akar yang tak bisa diganti
Saat kepulan asap telah memenuhi langit kota kami

Kemana nak mengadu?
Mak telah bilang, saat kau besar kau kan lihat tulang rusuk Pekanbaru
Mak juga bilang, kalau kau sudah besar jangan takut untuk garang
Mak bilang, pantang mundur sebelum berperang
Sebab perang sejati, adalah perang untuk menang

Mak kemana aku nak mengadu?
Asap sudah mengepung Pekanbaru
Orang-orang berlari ke seluruh penjuru
Sekolah-sekolah menutup pintu
Aku tak lagi melihat sahabatku dan guru-guru

Wajah kotaku, ditanam api sembilu
Mak, biarkanlah aku mengadu
Biarkanlah aku tunaikan niat
Membaca kalimat demi kalimat, untuk menjaga hutan demi wasiat
Aku tak peduli berapa langkah pergi
Aku tak peduli berapa pohon lagi
Sebab menjaga hutan adalah tanggung jawab kami.
Mak, kemana lagi aku nak mengadu?

Pekanbaru, 2015

Dapur

Jangan tanyakan amarah angin padaku
Jangan sampaikan nasihat api kepadaku
Jangan tuliskan gerakan guntur yang malu-malu di atas kepalaku
Sebab semua menjadi pilu, beku tak berbentuk satu
Ia seperti pisau-pisau tajam yang menghujam tiap menit di atap dapurku
Meluluhlantakkan wewangian sambal jengkol yang dimasak bertahun-tahun lalu

Kau tahu apa yang diperlukan dapurku?
Mimpi bocah, jejak tumisan, tawa gembira, bukan omong kosong di berita teras koran
Bukan acungan tangan yang tinggi selah memegang awan
Bukan nominasi kemenangan di kantor-kantor dewan
Bukan simbiosis kepartaian, lupa saudara menikam kawan

Dapurku dibangun dari batu-batu kebahagiaan
Dilapisi kenangan-kenangan, tumpuan jejak serta kemauan
Bertiang kokoh iman
Jangan coba kau beli dapurku dengan onggokan receh dan orasi miskin
Berapa pun dapur ini, disinilah benteng terakhirku memasakkan impian

Igauku Rimbang Baling

Kupacu lari kereta besi
Menderu-deru bersampan di atas aspal Teratak Buluh
Meninggalkan Pekanbaru yang gaduh dan riuh
Menyaksikan sungai Kampar yang bergemuruh
Dalam peradaban Kampar Kiri
Imajinasiku berkayuh-kayuh
Dari debu kembali ke tanah
Merindukan tanah yang basah
Gurauan sungai Subayang melayang-layang
Mencari peradaban yang tak pernah lekang

Bunyi calempong berdentang
Tabik, tuan telah datang!
Sepanjang rindu menuju hutan perawan
Sepanjang angan menuju zona nyaman
Disana di Rimbang Baling

Kotaku penuh dusta, Rimbang Baling polos tak berdosa
Kotaku penuh wacana, Rimbang Baling jujur bersuara
Kotaku penuh luka, Rimbang Baling memuat aksara bahagia
Igauku melaju di atas kereta besi.

Rian Kurniawan Harahap merupakan pendiri Komunitas Teater Jejak Langkah yang berbasis di Kota Pekanbaru. Saat ini ia menjadi Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Kota Pekanbaru. Ia memenangkan juara penulisan puisi guru nasional di UIR dan Sayembara Naskah Drama Nasional Dewan Kesenian Metro pada tahun 2020.

 

Baca : Puisi Temul’amsal – Sasau dan Akhir Perjalanan

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *