KISAH SEBUAH PUISI
tak pernah ditulis
terbaca oleh hati yang suci
keheningan menerjemahkan cinta
malam dan cahaya
sujud bersama makna
tak pernah dibaca
tertulis pada selembar kehidupan
kesetiaan menerjemahkan cinta
embun dan pagi
dzikir bersama diksi
Jember , 08-04-2016
MATAHARI YANG KITA LIHAT
Matahari yang kita lihat pagi ini
Berbeda dengan matahari kemaren pagi
Berbeda juga dengan matahari esok pagi
Tapi kita bisa melihat matahari di tempat berbeda
Matahari yang kita lihat pagi ini
Berbeda dengan matahari kemaren lusa
Berbeda juga dengan matahari esok lusa
Tapi kita bisa melihat matahari yang sama
Matahari bersinar dan menampakkan alam
Keindahan bisa kita nikmati bersama-sama
Meski tak harus berdua di tempat yang sama
Karena di tempat berbeda kita bisa melihatnya
Matahari yang kita lihat pagi ini
Akan menjadi saksi kepada semua
Bahwa prasangka bisa jadi pertanda rindu
Dan itu terjadi pula pada pagi dan daun-daun
Jember , 2021
TUHAN, AKU INGIN MENULIS PUISI LUCU
Tuhan, aku ingin menulis puisi lucu
Untuk orang-orang di negeri yang lugu
Hidup tak lebih hanya berebut janji palsu
Agar semuanya tidak punya pemikiran kaku
Nasib tak ditentukan oleh perilaku tipu menipu
Aku yang menulis puisi
Kaulah Tuhan yang memberi arti
Ujung penaku hanya sebatas kelucuan imaji
Ingin kutulis juga puisi cinta
Nafas dan nafsu kubuat tertawa
Gelisah dan leluka kubawa bercanda
Ingatan dan kenangan kusimpan di kata
Namun banyak orang yang menyebutku gila
Menulis puisi gawat
Entah! semakin syahwat
Nafsu dijarah penguasa hebat
Usaha sogok menyogok yang kuat
Luka di negeriku seperti tubuh tersayat
Ingin sekali aku Tuhan jadi hamba yang taat
Seperti para nabi dan utusan-Mu yang tak sesat
Puisi ini kutulis dengan santai
Untuk menghilangkan pikiran badai
Ingin kubuat ketenangan makin landai
Sampai seorang pemarah menjadi lunglai
Ibarat dua orang bertengkar kemudian damai
Lucukah puisiku, Tuhan?
Ubah prasangka jadi candaan
Cuma yang membaca kurang makan
Ujung-ujungnya bukan tertawa malah ketiduran
Jember , 6 Maret 2021
KAUM TANPA TAHUN
Kaum tanpa tahun
Aji lidah selembar daun
Umur menyimpan setiap lamun
Menulis kisah tak cukup sekali susun
Tak ada yang mengerti
Akan keberadaan yang mesti
Nasib kaum di dalam suatu negeri
Padahal eksistensinya selalu dikagumi
: Akal bijak jadi tanda jejaknya yang misteri
Tak ada catatan
Akan semua ingatan
Hanya beberapa kata ajian
Usia kaum tanpa tahun; kenyataan
Nafas panjang perjuangan dalam kebersamaan
Jember , 5 April 2021
MENIKAH
menikah itu sunnah
tapi berjuang itu wajib
aku tidak menikah bukan karena takut
tapi karena perjuangan belum mengijinkan
aku ingin menikah
tapi aku lebih ingin berjuang
menikah membutuhkan perjuangan
tapi perjuangan tak butuh pernikahan
sebelum aku menikah
akan selalu kuperjuangkan cintaku padamu
Jember , 03-04-2015
Muhammad Lefand, S.Pd.I, penyair yang memiliki nama asli Muhammad di lahir di Sumenep, Jawa Timur, 22 Februari 1989. Namanya dikenal melalui karyanya berupa puisi, cerita pendek, dan pantun yang dipublikasikan di beberapa surat kabar antara lain Horison, GAUL, Mimbar, Rakyat Sumbar, Mata Banua, Media Indonesia, Surya, Pikiran Rakyat, Radar Bekasi, Radar Jember, Solo Post, Fajar, serta terhimpun di sejumlah llantologi puisi. Selain melahirkan karya sastra, Lefand juga aktif sebagai penyair yang tergabung dalam Komunitas Negeri Poci dan terlibat dalam Gerakan Puisi Menolak Korupsi yang digagas oleh Heru Mugiarso yang telah dimulai sejak 2013, melalui penerbitan buku-buku puisi, lomba baca puisi, dan roadshow di berbagai kota di Indonesia. Tahun 2018, Lefand tercatat sebagai salah satu peserta Muktamar Sastra yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.***
Baca : Puisi-Puisi Klasik Karya Usman Awang
*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]