Menjemput Kenikmatan Bulan Ramadhan

Kenikmatan Ramadhan

LAMANRIAU.COM – Begitu besar kenikmatan yang diberikan Allah SWT melalui bulan suci Ramadhan. Kenikmatan yang tidak mungkin bisa terukur oleh siapa pun. Setiap hamba sudah seharusnya memaksimalkan Ramadhan dengan mengisi berbagai amalan ibadah. Sebab, tak ada yang tahu pasti apakah kita akan menemuinya kembali pada tahun depan.

Baca : Makna dan Keutamaan dari Nisfu Sya’ban

Mantan Ketua Umum PB Al Washliyah, KH Yusnar Yusuf Rangkuti, menjelaskan berbagai kenikmatan bulan suci Ramadhan. Menurutnya, kenikmatan paling inti dalam bulan Ramadhan adalah diturunkannya Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia. Selain petunjuk, Alquran juga menjadi pengobat dan pembeda.

“Ini yang paling nikmat. Mengapa nikmat? Karena ia salah satu pengobat dan juga pembeda,” kata Kiai Yusnar.

Karena itu, setiap Muslim hendaknya mengamalkan Alquran, apalagi pada bulan yang mulia ini. Amalan sederhana yang dapat kita lakukan, yaitu membaca Alquran. Membaca Alquran bukan soal berapa banyak ayat atau halaman yang kita baca, tetapi seberapa rutin membacanya.

Ia mengingatkan, membaca satu ayat setiap hari secara rutin lebih baik daripada membaca banyak ayat satu hari lalu keesokannya tidak membaca Alquran. “Karena, kata Rasulullah SAW, amal yang paling baik adalah amal yang tak pernah ditinggalkan meski sedikit,” ujarnya.

Bulan Ramadhan, terang Yusnar, merupakan momentum selama satu bulan untuk menstabilkan keberlanjutan amal ibadah setiap Muslim. Meski amalan itu sederhana atau sedikit, tidak apa-apa, karena yang terpenting adalah konsisten atau kerjakan secara terus-menerus. Pahala kebaikan bulan Ramadhan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Nilai pahala dari membaca satu huruf Alquran lebih besar ketimbang membacanya di bulan-bulan biasa.

Dalam konteks pandemi sekarang ini, Yusnar menyadari, sebetulnya ada kenikmatan di baliknya. Semula, perbuatan dosa dan berbagai kemaksiatan banyak terlihat dari muka umum. Banyak orang yang tidak malu bersentuh-sentuhan dengan lawan jenis.

Tetapi, sekarang, kemaksiatan seperti itu tidak ada lagi. Bahkan, tempat-tempat kemaksiatan juga tutup. Sebab, semuanya harus tetap dalam rumah. Kalaupun ke luar rumah, harus menjaga jarak fisik.

“Ini kan nikmat. Jadi, mata kita ini tak pernah lagi melihat yang seperti itu sehingga bersih,” ujarnya.

Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Hasanuddin AF, menuturkan, ada dua kenikmatan bagi orang berpuasa. Pertama, kenikmatan ketika berbuka puasa. “Ketika datang waktu Maghrib, lalu buka puasa dengan seteguk air, ini begitu nikmatnya setelah menahan haus seharian,” ucap dia.

Kenikmatan berikutnya, yaitu berjumpa dengan Allah SWT di akhir bagi orang yang berpuasa. Ini kenikmatan yang paling tinggi. Mengapa demikian? Bayangkan, ketika seorang anak yang sudah lama tidak bertemu orang tuanya, kemudian pada akhirnya dapat berjumpa. Sungguh ini nikmat yang begitu tinggi. “Karena yang selama ini kita rindukan lalu kita dapat berjumpa dengan-Nya,” tuturnya.

Lantas, siapa yang bisa mendapatkan kenikmatan kedua itu? Kenikmatan pertama, yakni nikmatnya saat berbuka puasa tentu bisa setiap Muslim yang berpuasa peroleh. Namun, Hasanuddin mengatakan, tidak seluruh Muslim bisa mendapat kenikmatan bertemu dengan Allah SWT. Sebab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, betapa banyak orang berpuasa yang hasilnya hanya lapar dan haus.

“Jadi, banyak orang yang seperti itu. Mereka tidak dapat kenikmatan yang kedua karena berpuasa hanya sebagai kebiasaan, tidak karena Allah SWT,” lanjutnya.

Kenikmatan lain selama Ramadhan, yaitu mendapat pengampunan. Siapa yang berpuasa karena keimanan dan ikhlas menjalankan perintah Allah SWT maka akan Allah ampuni dosa-dosanya yang lalu. Ini satu kenikmatan dan kemurahan Allah. Tak hanya pengampunan dosa, Allah SWT juga akan melipatgandakan pahala kebaikan apa pun yang kita lakukan selagi berpuasa pada bulan Ramadhan. (RCI)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *