Puisi-puisi Karya De Eka Putrakha

De Eka Putrakha

Lelaki yang Mengurung Cerita dalam Kepalanya

Lamunannya amat panjang
Sepanjang pelarian ke negeri seberang
Rantau nan batuah berbisik-bisik di ruang ingatannya
Langkah kaki tak akan berhenti hanya karena pahitnya kisah lalu

Satu demi satu dipungutnya pecahan kisah
Terberai sudah menara harapannya dulu
Tapi kini berbeda,
Cerita orang-orang kadang teramat menyakitkan
Kau tahu rasanya disudutkan?
Seperti halnya mengurung cerita dalam kepala
Sementara semua kata-kata ingin segera diceritakan

Sesekali ia diam tapi tak membungkam
Cerita itu kian bertambah seiring
Putaran waktu yang semakin cepat mengejar
Menuntut segera selesai

Lain waktu tanyakan saja padanya
Dia (mungkin) akan menceritakan
Boleh jadi kau jadi pendengar pertama
Dari cerita yang selama ini
Belum pernah diceritakan pada siapapun.

Bandung, 3 Juli 2020

 

Lelaki yang Memendam Diam

Suatu ketika dia pernah bercerita padamu
Mungkin saja kau tidak pernah mendengar
Atau kau ada mendengarkan namun tidak pernah menghiraukan
Anehnya, kau masih saja tetap memerlukannya
Tapi bukan ceritanya dan juga bukan cita-citanya

Dia terlihat membuang-buang waktu
Membiarkan hitungan usia berlari meninggalkannya setiap detik
Tapi di sudut hatinya ia mencoba diam
Memendam angan yang tidak ingin mematahkan angan siapapun

Kali ini dia mencoba mendiamkan diam
Mengurung diri dari jutaan angan yang beterbangan
Tidak serta membawanya pergi
Namun meninggalkannya sendiri memendam cerita
Yang sudah telanjur diceritakan

Nanti,
Tidak semua cerita akan diceritakannya padamu.

Bandung, 06.07.2020

 

Lelaki yang Berlari Meninggalkan Masa Lalunya

Masa lalunya tidaklah suram namun pahit
Untuk dikenang, untuk diceritakan kembali
Dia tidak ingin mengurung diri dalam ingatan
Sebab ingatannya sangat panjang
Sepanjang rentangan cerita yang tidak akan putus untuk diceritakan

Dia hanya pergi untuk melerai sunyi di hatinya
Jangan ada tangis, jangan ada sendu
Sebab sunyi sudah berkali-kali mendera dirinya
Dia tidak akan memerlukan itu lagi darimu

Kemasilah cerita masa lalu itu
Ingin segera ia tinggalkan tanpa sisa
Pelariannya teramat jauh
Melerai semua luruh bergemuruh
Dalam hati yang semakin membunuh

Dia hanya pergi, lain kali temui saja
Asalkan jangan membawa luka masa lalu.

Bandung, 07.07.2020

 

Lelaki yang Bertarung dengan Dirinya

Bisa saja semua akan menilai dia terlalu acuh
Bukan kepada sesiapa melainkan dirinya sendiri
Rantangan usia kini berkejaran dengan
Rentangan kisah yang ingin dibagikannya
Tanpa seseorang di sisi
Perjalanan hidupnya semakin terasa hampa
Tak berseri lagi

Jangan tanyakan mengapa
Caranya mendiamkan sunyi sudah menjadikan hatinya lebih tenteram
Dia tidaklah tegar meski senyuman seringkali terpancar
Dia tidaklah lemah meski air mata sesekali keluar
Dia hanya sedang bertarung dengan dirinya sendiri

Suatu saat nanti jangan tanyakan tentang apapun
Yang membuatnya terluka
Tapi tanyakanlah tentang apa saja
Yang membuat hatinya bertambah tegar

Bandung, 7 Juli 2020

 

Lelaki yang Ingin Mengukir Sejarah Hidupnya

Suatu saat nanti dia akan pulang menemui
Segala yang membuatnya pergi berlari
Menemui asal muasal mimpi yang terpendam
Menemui lembaran cerita itu
Juga menemuimu …
Jika sekiranya perlu untuk diceritakan

Perjalanan hidupnya memberi sejarah
Untuk dikenang dan diceritakan
Bagi orang-orang yang memberi warna dalam hidup
Bagi deretan waktu yang terus bergulir
Juga bagimu …
Jika sekiranya masih tetap dikenang dan diceritakan

Bandung, 8 Juli 2020

DE EKA PUTRAKHA. Profilnya dapat dibaca dalam buku “Ensiklopedi Penulis Indonesia jilid 6” FAM Indonesia. Tulisannya dimuat lebih dari 100 judul buku antologi serta di berbagai media cetak dan online. Buku tunggalnya antara lain; Hikayat Sendiri (2018) dan Perayaan Kata-Kata (2019). Terpilih sebagai Pemenang 10 Resensi Terbaik “Resensi Buku Peringkat ASEAN 2020” anjuran Persatuan Penyair Malaysia. Dapat dihubungi via Facebook: De Eka Putrakha, instagram: @deekaputrakha, WA/SMS: +6281363750751. Berharap dengan menulis sebagai sarana berbagi, memberikan inspirasi serta motivasi bagi orang banyak. (DEP)

Baca : Puisi-puisi Karya Muhammad Lefand

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *