Bandar Senapelan

rumah singgah

Kampungku
Kampung Bandar
Sudah dipagar-pagar

Lagi; kampungku hilang
Bukan dalam belukar
Tapi di tengah pasar

Di mana lagikah ‘kan bertapak?

Pusaka para wewaris berpijak;
Ditukar guling. Tembakau;
apak

Pekanbaru, Juni 2021

MUNGKINKAH Marhum Bukit bersedih di alam sana?

Negeri yang didirikannya seakan sudah melepaskankan jejak sejarah yang telah dibuatnya. Menanggalkan tapak takal dan takah tetokohnya. Tak peduli zuriat pendulunya. Tak peduli riwayat sulitnya menegakkan sebuah negeri; bandaraya. Tak peduli hikayat pedih-peritnya berjuang pada masa dulu kala.

Mungkinkah Marhum Pekan berduka juga di alam sana?

ataukah, sebaliknya : merasa gembira? Musababnya, Pekan Baharu yang baginda dirikan berkembang begitu pesatnya. Pekan sudah lama bukan sekali sepekan saja. Kawasannya bukan sekadar di Bandar Senapelan saja. Tetapi sudah berkembang memekar jauh meluas sampai mencapai sempadan kawasan di sekelilingnya.

Makam Marhum Bukit; Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah ~ Raja Siak Sri Indrapura keempat itu tetap kukuh di Masjid Raya, Pekanbaru. Makam Marhum Pekan ~ Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah ~ pun tetap kukuh di antara ayahanda dan kerabat diraja lainnya di situ.

Namun, gaung kebesaran nama mereka dulu seolah terbenam di antara dinding-dinding ruko-ruko sekitar Pasar Bawah yang dibangun dengan menggebu-gebu, tanpa terlebih dulu ditimbang ayak dengan adat resam budaya Melayu.

Bandar Senapelan dulu bukan main menawan. Didirikan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah 1763 di tepian Sungai Siak yang berarus pelan. Sekitarnya dikelilingi lebatnya hutan yang perawan. Di hulunya Petapahan, kawasan penghasil kayu-kayan dan beragam rerempahan. Di hilirnya Selat Melaka, yang ramai dilalu-lalang oleh berbagai pelayaran.

Nama pusat Kerajaan Melayu Siak Sri Indrapura di Bandar Senapelan semakin terdengar bergaung di kejauhan. Di sini bukan saja jadi pusat pemerintahan. Tetapi juga bandar perdagangan. Satu demi satu sarana kerajaan dibangun oleh sultan. Sampai kemudian berdirilah sebuah masjid raya, yang keelokannya, sangat menggerunkan. Keagungan Islam dipadupadankan dengan ornamen Melayu yang mengandung kesyahduan.

Kini Masjid Raya di Bandar Senapelan Pekanbaru sudah bertukar baju. Sudah sejak beberapa tahun lalu. Sekitar tiga empat periode sudah berlalu. Ketika demam proyek menggunakan anggaran daerah menggebu-gebu. Ketika daerah masih banyak duit, hasil menampung pendapatan daerah dari segala penjuru.

Baju berkilau yang coba dipakaikan pada Masjid Raya sekarang jadi compang-camping. Ujung-ujung kainnya terlihat rombeng-rombeng. Nilai-nilai luhurnya pun seperti sudah diterbangkan angin.***

Baca : Cupak Sri Benalu

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *