Hipno-Intelijen Informasi

“Sudirman berjuang dibelantara hutan
agar Indonesia mendapatkan kemerdekaan
penjajahan gayabaru wajib dihapuskan
jauhkan bangsa-Indonesia dari ketakutan”

“Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.”
(Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945)

SEPULUH hari lagi bangsa Indonesia Insya Allah akan memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuh puluh enam tahun lalu penjajahan atas nama kolonialisme dan imperialisme berhasil dihapuskan dari bumi ibu pertiwi. Namun walaupun kemerdekaan akan diperingati, tidak dinafikan jika secara bersamaan “kolonialisme dan imperialisme gaya baru” perlu diwaspadai. Rasa takut yang berlebihan sebagai dampak pendemi belakangan ini merupakan simultansi berbarengan peringatan hari kemerdekaan ini.

Susah untuk menyangkalnya apabila realitas kondisi ketidakonsistenan regulasi akhir-akhir ini terkait dampak super negatif pandemi C-19, sangat meresah-sendukan. Kebijakan yang diubah-ubah diikuti nomenklatur yang secara simultan mengiringinya. Yang terbaru menggunakan istilah level (maaf, bukan pedas atau lainnya?) yang terus diperpanjang entah sampai kapan?

Hipno-Inteliejen adalah pendekatan yang memberikan referensi hiruk-pekak informasi teristimewa ihwal konsep virus, vaksin dan pandemi. Pendekatan ini penting diulas-kilas sebagai respon awal mewaspadai sekaligus meningkatkan daya kritis masyarakat terkait ke-pandemi-an. Hipno-Intelijen menggarisbawahi jika informasi (khusus tentang virus, vaksin dan pandemi) yang berkembang akhir-akhir ini tidak berdiri-sendiri. Artinya, informasinya perlu didekati melalui pendekatan Hipno-Intelijen. Pendekatan yang mendasari pentingnya kecerdasan bawah sadar perlu diulang-bangkit kembali.

Hipno-Inteliejen membangkitkan kemerdekaan bawah sadar terkait beragam informasi yang disebarluaskan berdasarkan kepentingan inteliejen baik dari negara luar atau kelompok tertentu. Informasi di sini tentu saja yang menyebabkan keresah-takutan masyarakat. Tak kalah pentingnya, Hipno-Intelijen dapat membukakan wawasan bawah sadar, agar lebih logis, kritis dan terstruktur dalam merespon beragam-gemik dan haru-ungu ihwal pandemi, virus dan vaksin (PV2).

Secara esensi Hipno-Intelijen berargumentasi jika informasi yang berkembang ihwal PV2 selalu berpihak kepada aktor global dunia beserta kelembagaan yang berhubungan dengan P2V tersebut. Lebih spesifik keterkait-hubungan organisasi dunia seperti PBB, WHO dan lembaga keuangan internasional (IMF dan Bank Dunia) saling klid-klindan seperti “pepatah setali tiga uang”. Secara logis susah dibantah jika kesemua organisasi internasional tersebut saling mendukung khusunya terhadap “keberadaan PV2” yang sedang melanda sekaligus meresahkan di seantero dunia saat ini.

Jengah dan Jenguk mengulas-ringkas, cerdas nan bijak berupaya menghubung-kaitkan Hipno-Intelijen dengan keberadaan PV2 dalam perspektif cerdik-logis. Dengan kata lain, cerdik-logis di sini berhubungan dengan informasi PV2 yang berkembang di masyarakat. Perkembanganya pun tidak dinafikan juga, tidak jarang saling bertolak-belakang. Berikut ini tiga hubungan yang akan diungkap-paparkan.

[1]. Hubungan virus dan vaksin. Hubungan ini belakangan sangat populer sekaligus sensi. Populer dus sensi oleh karena informasi daya kebal vaksin yang masih dipertanya-debatkan. Sampai sejauh mana akurasi “kekebal-sembuhan” vaksin terhadap virus. Informasinya walaupun sudah di vaksin beberapa kali (umumnya dua kali), ketika dites hasilnya tetap saja positif.

Agar pamor vaksin tidak pudar muncul informasi jika virus akan terus bermutasi. Argumentasi bermutasi seolah-olah wajar jika sudah dua kali divaksin, tetap saja hasilnya positif. Pertanyaan dalam hubungan dengan Hipno-Inteliejen adalah: bagaimana jika (tanpa seandainya) virus tersebut bermutasi secara terus-menerus? Atau virusnya bermutasi tiga atau sampai lima kali dalam sehari?

Yang menjadi pertanyaan tentu saja dari mana info jika virus dapat bermutasi secara terus-menerus plus ganas lagi? Di sinilah makna penting Hipno-Intelijen dalam menyeleksi kemudian mengurai-logis terkait informasi tersebut yang sengaja ditebar atau apa? Silakan dicari pernyataan-pertanyaan lain yang “seolah-olah” ada hubungan antara vurus dan vaksin. Namun setelah ditilik cerdas nan cermat semakin dimengerti bahwa infonya tidak logis.

[2]. Hubungan vaksin dan pandemi. Hubungan ini terkesan lebih pada aspek psikologis yang serius. Oleh karena informasinya sedapat mungkin membuat si penerima ketakutan dus panik. Ini misalnya ada pernyataan virus delta sudah ada di sini yang karakternya lebih ganas dan mengerikan.

Merespon informasi ini, Hipno-Intelijen dapat menolak atau menerima (menyaring), sehingga infonya tidak berpengruh besar dalam bawah sadar seseorang. Sehingga infonya yang direkayasa (diskenariokan) dapat menimbulkan kekhawatir-takutan menjadi sebaliknya. Hipno-Intelijen mampu membentengi seseorang dari kesan khawatir yang mendalam. Hipno-Intelijen didesain dapat menelusur sumber dan maksud informasi (berita) tersebut disebarluaskan. Oleh media milik siapa?

[3]. Hubungan pandemi, vaksin dan virus. Informasi yang berhubungan dengan pandemi, vaksin dan virus dijembatani dengan instrumentasi (alat) pendeteksi virus. Inilah seolah-olah yang selalu menjadi “ketakutan sekaligus kelucuan”. Logika pendekteksi (alat tes) seperti PCR, Rapid dan Antigen menjadi krusial. Logika (informasi) yang mengemuka selama ini adalah pernyataan, “jika semakin banyak yang dites, maka akan semakin banyak yang positif.

Artinya dengan kata lain, “semakin sedikit jumlah orang yang dites, logisnya akan semakin sedikit pula yang positif. Oleh karena positif atau negatif satu-satunya hanya bersandar pada alat tes (belum ada berita atau informasi dengan cara lain, misalnya melalui bedah forensik atau hukum sebab-akibat bersandar temuan ilmiah), logisnya kurangi saja jumlah tesnya, maka secara otomatis yang positif pasti berkurang. Logis sederhana. Mengapa terkesan susah sekali?

Dalam konteks ini tentu saja Hipno-Intelijen mempertanyakan dari mana asal tata-cara, SOP atau apapun namanya, sehingga setiap negara “seolah-olah dipaksa” untuk melakukan deteksi melalui instrumentasi tes?

Mecermat-telaahi bersagang pada ketiga hubungan itulah, maka pentingya Hipno-Intelijen sebagai pendekatan dalam upaya “melawan informsi “intelijen yang datang”. Esensinya Hipno-Intelijen dapat memerdekakan bawah sadar dengan cerdas dari kukungan informasi sesat yang sengaja disebarluaskan dengan maksud menakut-takuti. Oleh karena ini hanya upaya awal, minimal bersandar pada Hipno-Intelijen dapat membantu dus menetralisir info-info terkait pandemi, vaksin dan virus yang sifatnya menakut-takuti.

Kata akhir boleh kan Jengah Jenguk bertanya? Silakan?! Pertanyaannya: bagaimana jika setelah menggunakan pendekatan Hipno-Intelijen ini diketahui bahwa “pandemi hari ini bukanlah pandemi”, melainkan plandemi? Apakah masyarakat dapat membuktikannya?

Wallahualam bissawab. ***

Baca : Revolusi Pandir

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *