Menjadi Bangsa Indonesia

Pemuda

SEBUAH video pendek yang menggambarkan pengajian disebuah tempat. Seorang yang dianggap sebagai Ustadz, pada saat itu menulis sesuatu di papan tulis sambil menulis dan mengatakan “Kita (umat Islam di Indonesia) ini, terlalu sibuk menghafal dan menyanyikan lagu-lagu Indonesa Raya dan lagu (kebangsaan) lainnya, sehingga lupa tentang hafalan Alquran dan hadits-hadits Nabi”. Begitu kira-kira keluhan Ustadz itu pada hadirin yang mengikuti pengajian tersebut tentunya.

Sekilas, pernyataan tersebut normal dan wajar. Artinya, sudah memenuhi alur logika manusia pada umumnya. Sebagai umat yang religious, maka perlu memperkuat imunitas keagamaannya dengan memahami secara mendalam ajaran-ajaran yang telah disampaikan Nabi Muhammad, baik melalui Alquran dan haditsnya. Namun demikian, pernyataan itu justru memberikan ruang yang berjarak, antara beragama dan berbangsa. Kita seolah-olah dihadapkan pada pilihan yang cukup berat, antara menghafal Alquran dan Hadits dengan menghafal lagu-lagu kebangsaan kita.

Tidak lah heran jika kita melihat dibeberapa sekolah Islam, yang cenderung mempromosikan diri dengan hafalan-hafalan Alquran. Bahkan ada beberapa sekolah yang tidak memberikan materi-materi civic education, pendidikan kewarganegaraan di sekolahnya, seperti upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, dll. Argumen yang dimunculkan adalah “jika sudah menjadi Muslim yang baik, maka ia akan menjadi warga Negara yang baik”.

Persoalannya sesungguhnya bukan pada “menjadi muslim yang baik” itu, tetapi adanya “ruang kosong” dimana generasi umat Islam kita mendatang, kurang memahami secara mendalam tentang nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan oleh para leluhur kita. Jika semangat keagamaan yang lebih diutamakan dalam mengelola semangat kebangsaan ini, maka yang akan ditonjolkan adalah identitas dirinya sebagai Muslim.

Lalu bukankah sebagai Muslim, kita diajarkan untuk membela Islam, berdakwah untuk kemajuan Islam? Nah, di sinilah pentingnya mensinergikan antara semangat beragama dengan semangat kebangsaan. “Antara keislaman dan kebangsaan harus senafas” kata Buya Syafi’i Maarif. Bahkan Gus Dur menyebutkan “Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”. Pada tataran ini, nilai-nilai kemanusian justru yang ditonjolkan. Ber-Islam berarti membela harkat dan martabat kita sebagai manusia.

Bukankah ketika Nabi Muhammad ber-hijrah ke Madinah, meskipun Nabi dengan tegas mengatakan “Anna al-Yahûd Ummah, wal muslimîn ummah” (orang Yahudi dan Muslim adalah umat dalam ikatan identitas agama masing-masing), tetapi pada saat yang sama, Nabi juga mengikrarkan “annal muslimiina wal yahuuda ummah” (kaum Muslim dan Yahudi adalah satu ummah, yang diikat oleh kesamaan sebagai warga negara)?.

Maknanya adalah bahwa setiap warga Negara, yang menghuni Indonesia ini, memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menjaga, merawat, dan mempertahankan martabat bangsa Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad sendiri bahwa “lahum mâ lanâ wa `alayhim mâ `alayna” (mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kita),”

Implikasinya adalah bahwa dalam mengelola Negara ini, identitas keagamaan melebur dalam satu identitas bersama yaitu menjadi Bangsa Indonesia. Sebagaimana yang menjadi semboyan bangsa kita “Bhinneka Tunggal Ika”, beragam identitas suku, bahasa, dan agama, namun tetap menonjolkan satu identitas kebangsaan, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketika berbicara Indonesia, maka kita adalah sama. Kita memiliki hak dan kewajiban yang sama. Pada posisi ini, kita tidak bisa memaksakan identitas kita sendiri, untuk menjadi indentitas “yang menonjol” diantara identitas lainnya.

Dalam situasi hari ulang tahun kemerdekaan RI ini, mari kita perkuat kembali pemahaman kita dalam berbangsa ini, dengan menginsafi secara mendalam bahwa “kita hidup di Indonesia tidak sendiri, melainkan banyak suku, ras, bahasa, dan agama di dalamnya”. MERDEKA. Wallahu a’lam bi al-Shawab. ***

Baca : Visibilitas Hijrah

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *