Buruk Sangka Taliban

“Kau yang mulai
kau yang mengakhiri
Kau yang berjanji
kau yang mengingkari”

(petikan lirik lagu Bang Haji Rhoma)

TAJUK Jengah Jenguk hari ini, “Buruk Sangka Taliban”. Tajuk ini di-dedikasi-kan untuk yang peduli, setengah peduli dan “tak ambil pusing” terhadap “kemenangan Taliban” atas invansi tuan super power Amerika berserta kawan-kawannya di negeri para Mullah, Afganistan. Sebelumnya tema krusial ini hampir saja gagal ditulis. Kegagalan oleh karena minggu lalu, Jengah Jenguk “absen mengudara” di LamanRiau.com. Mohon maaf.

Jujur walaupun tajuk menyangkut Taliban amat sangat populer, hampir saja kalah bersaing dengan tema menarik hasil diskusi rekan-rekan ihwal “pertarungan dua khilafah dunia”. Oleh karena tajuk ini walaupun sedikit masih terkait (secara spesial) tentang khilafah, Jengah Jenguk tetap mengulas-kilas. Insya Allah minggu berikutnya, tajuk “pertarungan dua khilafah dunia” akan diulas-paparkan. 

Jengah Jenguk memulainya dengan menyediakan penggalan lirik lagu ‘Kegagalan Cinta’ Bang Haji Rhoma Irama. Lagu ini populer tahun 1980-an. Lirik lagu Bang Haji ini menjadi ilusterasi berharga memperjelas kemenangan Taliban atas Amerika.

Amerika yang memulai, Amerika pula yang mengakhiri. Jangan sampai Amerika yang berjanji, Amerika pula yang mengingkari. Insya Allah. Hemat Saya terkait kemenangan Taliban atas Amerika, akan tidak elegan dimaknai secara fanatis. Sebab, hal serupa juga terjadi ketika Amerika juga kalah dengan Vietnam yang berideologi komunis.

Mengartikulasi dua kekalahan Amerika yang satu pada kekuatan tantara Vietkong, Vietnam (invasi lebih kurang sembilan tahun), dan kesabaran para Mullah, Afganistan (hampir 20 tahun), tidak dapat dimaknai hanya dalam konteks ideologis semata. Kalau saja dasarnya ideologi, sehingga yang menonjol hanya salah tafsir faktor penyebab esensi terkait para pemenang dan pecundang. Boleh jadi si pemenang didasari kesungguhan menjaga persatuan, dan si pecundang atas nama kesombongan seorang personal penguasa. Faktor lain signifikan penyeab kemenangan, boleh jadi masih berlum terkuak. Masih ada misteri yang perlu digali. Silakan.

Sementara dalam sudut pandang lainnya ihwal kemenangan Taliban dalam menjaga kesabaran selama 20 tahun mendapat banyak respon, khususnya dari negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim. Istilah “buruk sangka Taliban” menjadi “tema trending” oleh karena beragam pendapat yang mengemuka belakangan ini. Walaupaun dari pihak Taliban, dan sebagian masyarakatnya menyambut dengan suka cita, tidak dinafikan di belahan dunia lainnya, mengalami perasaan juga sambutan berbeda. 

Jujur diakui atau tidak, peristiwa kemenangan Taliban sebagai kelompok (sekarang institusi pemerintahan), akan tetap sangat krusial satu, dua, tiga dekade ke depan bahkan sampai di akhir zaman (penghujung zaman). Inilah di antara yang penting maksud tajuk ini dibahas. Lebih efektif agar Jengah Jenguk, tetap menjadi rubrik yang dinamis, analitis, diminati dan berupaya objektif.

Bersandar pada argumentasi itulah, kemenangan Taliban dapat dipahami dari sudut pandang (perspektif) tertentu. Menurut Saya jika saja basis sandaranya pada sikap “buruk sangka”, dinilai ketiga perspektif berikut dapat dijadikan sebagai basis argumentasinya.

[1]. Perspektif eskatologi (ke-nubuwah-an). Kemenangan Taliban menjadi penting dicermati manakala tidak sedikit pihak yang menghubung-hubungkan dengan kemunculan tentara yang dikomandoi oleh seorang imam. Hubungan ini terkoneksi dengan prinsip eskatologi (ilmu yang menelaah kejadian-kejadian akhir zaman). Dalam istilah para ustadz yang banyak tayang di chanel youtube dengan istilah kenubuwahan. Hadis yang menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman menjelang hari kiamat. Silakan ditelusur jejak digitalnya.

Hemat Saya tidak salah, boleh saja menghubungkan-hubungkan dengan tidak secara berlebihan. Yang kurang bijak nan arif adalah dengan memastikan (menentukan dengan kalender dan waktu). Padahal kapan kedatangan hari kiamat hanya Allah Swt Yang Maha Tahu. Ketika sebuah peristiwa akhir zaman yang wajib diimani (hari kiamat sebagai rukun iman ke-5), keliru dimaknai secara arif, mauizah dan hikmah, justru mengemukanya istilah negatif, tidak elegan.

Cocoklogi adalah contoh istilah yang tidak elegan. Istilah ini muncul “secara sinis’ ingin menyindir sesiapa saja penceramah atau ustadz yang pendapatnya mendahului iman. Jangan sampai keimanan “termanipulasi” salah tafsir memaknai sebuah kemenangan. Termasuk kemenangan Taliban. Dari sinilah muncul-mencuatnya anggapan buruk sangka.

Ideal niatnya baik ingin memperjuangakan kepentingan “kebenaran agama”. Niat saja tidak cukup. Karena yang menang bukan hanya Taliban. Vietnam yang komunis juga menang melawan Amerika. Jangan sampai kemenangan Taliban yang niatnya ingin berbaik sangka terbalik berubah “seolah-olah menjadi buruk sangka”?!

[2]. Muslim Pobia. Kemenangan Taliban direspon dengan buruk sangka, tidak dalam arti makna kiasan melainkan hakikat. Tampak jelas sebelum kemenangan, istilah Taliban yang dimaknai majazi (kiasan) dengan diri seseorang sudah ada. Lembaga anti rasuah yang ramai diperbincangkan adalah jika istilah Taliban dihubung-kaitkan dengan “kelompok tertentu” berciri tertentu pula. Sudah sama-sama tahu, dan tidak lagi menjadi rahasia. Kalaupun rahasia, paling banter hasilnya tesnya yang rahasia, atau dirahasiakan.

Istilah majazi dalam lembaga tersebut menunjukan bahwa kemenangan Taliban dimaknai buruk sangka. Dalam konteks ini yang menarik justru kaum, orang (mereka) yang berburuk sangka berideologi yang sama dengan Taliban. Kalau anggota atau pengurus Taliban seorang Beriman Muslim (beragama Islam), mustahil yang berburuk sangka seorang non muslim.

Berkecenderungan berwatak “buruk sangka” inilah yang disebut dengan istilah Muslim Pobia. Istilah ini dimaknai orang Islam yang pobia terhadap agamanya atau “saudaranya seiman” sendiri. Biasa istilah umum yang dikenal adalah Islam pobia. Artinya, orang di luar Islam (non Muslim) yang “berburuk sangka” terhadap (orang) Islam. Inilah sebuah realitas yang wajib disesali di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

[3]. Kelompok “pemilik surga dan neraka”. Setelah dua penjelasan, ketiga kemenangan Taliban ditanggapi oleh kelompok yang mengklaim sebagai “pemilik surga atau neraka”. Inilah yang sangat susah dimengerti. Banyak jejak digital membuktikan berbagai kalangan menuduh kelompok inilah yang dinilai berkarakter radikal dan intoleran.

Kelompok ini susah untuk disangkal adalah pendukung kuat jika kemenangan Taliban titik tolak terbentuknya “Pemerintahan Islam Universal”. Istilah terbentuknya “Pemerintahan Khilafah Islamiah” yang terinspirasi dari kemenagan Taliban.  Kemenangan ini yang wajib diperjuangkan tanpa memahami realitas sosial, kultural dan kebangsaan. Bagi yang tidak sependapat (sehaluan), tentu saja kelompok ini menganggap mereka (walaupun seorang Muslim), sebagai musuh. Anggapan inilah yang menjadikan dasar “buruk sangka” terhadap kemenangan Taliban.

Mengakhiri bahasan ini beberapa rekan penasaran ihwal istilah Muslim Pobia jika dimaknai ke dalam bahasa. Ada yang menebak-reka bahwa sesungguhnya Muslim Pobia indentik dengan “kaum munafiqun”. Ada yang berkenan memberikan makna lain? Silakan.

Semoga saja bukan. Namun, jika ada yang istiqomah berpendapat begitu, tidak dapat disalahkan. Apalagi melarang. Justru yang menyalahkan atau melarang, khawatir dicap pelanggar konstitusi.

Wallahualam bissawab. ***

Baca : Rejim C Kuadrat

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *