Puisi Terjemahan : Kim Myoung A – Korea

Not Lagu Merah

Di kampung mercusuar pulau Odong, Pelabuhan Yeosu
yang sedang menanti-nanti pelayaran
kapal angkut barang berkumpul menyalakan api pertama
Mendengarkan nyanyian muatan penuh ikan dari laut
ujung sepatu diletakkan ke arah rumah
mengikuti uluran tangan
menyalakan lampu di setiap rumah

Mengikuti cahaya, matahari masuk tergelincir
Dari sana isyarat tangan menepuk di sebelahnya
yang membangunkanku
Beberapa tahun berlalu
Di setiap arah penglihatan, mendirikan sotdae
memanggil hujan dan guntur, merangkang
Sebaknya leher, di seberangan kegelapan yang melilit
Terbit matahari

Kupu-kupu terbang masuk ke ruang utama di kuil
Sinar matahari musim panas menggelora
di kisikisi pintu
Malam dan siang berganti-ganti, dupa dan lilin
dinyalakan dan dikepulkan
Not lagu yang dikejar oleh kupu-kupu
Skor musik yang ditekan dengan ragu-ragu
Not lagu merah terbentang dan diturunkan
Ada suatu wajah yang datang tergesa-gesa

* Pulau Odong, Pelabuhan Yeosu : ada di Provinsi Jeonla Selatan, Korea
* sotdae : Sebuah tiang tinggi di jalan masuk desa, sebagai simbol penjaga keamanan menurut kepercayaan bangsa Korea pada masa silam

Lakukan, di Suatu Jalan Lain Menjual

Membeli baut yang masih terdapat senyum, menjual mur yang telah dihapuskan dandanan, hari terbangun dari mimpi yang tak perlu lagi roda gigi

Menjual rok pendek, membeli kaki panjang, waktu menjual kaos oblong yang dilihat pusar, membeli pusar, waktu menjual penutup telinga, membeli telinga, sambil menjual kaca mata, membeli mata,b waktu menjual masker, membeli mulut, tapi, waktu membeli kaki panjang, tak dapat membeli kaki, pusar yang dibeli menjadi kering, waktu membeli telinga menjadi tuli, waktu membeli mata, tak dapat melihat, di dalam mulut tak ada gigi

Jam dinding tanpa jarum membunyikan lonceng, pukul 1 siang, tergesa-gesa membuka pintu, ‘obralan keriting rambut permanen’ memikul punggng, menggelora rambut permanen gelombang, merangkak rambut permanen anak, menanam alis mata yang pendek, di atas kelopak mata yang kijip, papan iklan memotong rambut tertulis ‘lakukan bulu mata’

Waktu menonton film 4 Dimensi, sambil memeluk seikat bunga baby’s breath duduk di kursi yang bergoyang, dalam bau yang terbakar setetes air melenting. Tak dapat melepaskan kaca mata, bangun dari tidur sebentar yang basah, menggantungkan papan iklan yang tertulis, yakni ‘hanya menjual kesehatan’, dibuka pintu yang tak dapat ditutup, bendel sayuran kering yang diantarkan, dibuat menjadi nasi campuran

Sambil memecahkan piring, menjual panci, sambil meluruskan panci yang berlekuk menjual piring, mencabut kerang dari mie panci, menggantung kaki pejalan kaki di pasar, mengangkat sumpit dan menghentikannya, menghitung jumlah mie yang direbus, didorong ke pojok, melihat lampu lalu lintas, melebarkan penyeberangan, terjatuh.

 

Doublebass Ensemble

– Bassiona Amorosa

Doblebass mulai terbang
Hampir bersandar, hampir memegang, bergoyang
Bernafas gaya menari menuju dasar
mengikuti tali busur vertikal
Tangan maestro menggendong alat musik, meloncat
sampai matahari dan bulan
Lambat memainkan berbagai melodi

Waktu menggosok dan melepaskan busur yang pendek dan tebal
Gema mengumandangkan Harpsichord Concerto oleh Bach
Di dataran, seorang pria tinggi yang tampan
membuka telinga lembut
Dibawakan gajah dengan cara bermain musik peachcato
Menghilangkan bunyi langkah yang bernada berat dan rendah
dari tali busur ke gua

Sampai saat selesainya bagian terakhir musik
doublebass meleburkan tepuk tangan penonton
Airmata bulan mengadoni siulan
mengisi genangan air pada musim kemarau
Menyeberangi batu loncatan pada saat senja
Hilang menuju pintu biru sambil memegang
telepon interlokal

(Diterjemahkan oleh Kim, Young Soo)

Kim Myoung A, lahir di Kota Yeosu, Provinsi Jeonla Selatan. Naik panggung dunia sastra lewat “Siwa Sanmun” tahun 2009. Karya antologinya “Not Lagu Merah”, dan “Tidur di Dalam Air”. Kim Myoung A menerima hadiah Sastra Hijau Korea yang ke-3. Bergiat sebagai anggota Perhimpunan Penyair Modern Korea. ***

Baca : Puisi-puisi Karya Annur Halimah Hakim Malaysia

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *