Puisi-Puisi Karya Mabulmaddin Shaiddin – Sabah

Mabulmaddin Shaiddin

Belukar Terbakar

Kita tak berpeluang melihat belukar terbakar
meskipun api dan asapnya begitu besar.

Ia memakan ranting, bergemertapan seperti suara luka
lalu memuntahkannya menjadi wabak menyaput dunia.

Kita tak pernah bertanya rumput, apa perasaannya
atau tanah liat kenapa menjadi pasir akhirnya.

Hari ini panas membungkam kesemuanya

lalu membakar, menjadikan kita terdera.

Kota Belud, Sabah

Keinginan

Ada keinginan
untuk menjadi abadi
agar segala luka dunia
dapat kusembuhkan.

Atau sekurang-kurangnya
menjadi sayap-sayap burung
yang mengibas dirinya sendiri
ke negeri yang paling damai.

Ia akan terjadi, seperti benih
yang berusaha tumbuh
meskipun panas begitu menjadi
seperti hari ini.

Kota Belud, Sabah

Yang Lebih Penting

Yang lebih penting adalah cuaca hari ini
tidaklah begitu hangat seperti semalam
biarpun daun banyak yang gugur
aku menerimanya, dengan hati terbuka.

Secara jujur – hiduplah yang memunculkan pohon
dan dari pohon wujudlah ulat, di bawahnya
kusandarkan diriku di sampingmu
yang begitu sayang kepadaku.

Cuma aku lebih suka mengeja
nama-nama hari dan bulan
meskipun sangat meletihkan – sebab aku
telah mengalami banyak kehilangan.

Yang lebih penting adalah cuaca hari ini
yang begitu hangat, tetapi bersimpati
seperti – ia berhajat ingin mengutip kembali
semua daun yang digugurkannya ke bumi.

Kota Belud, Sabah

Sahabat

Dia sentiasa menyapa kita
melalui suka atau sengsara

Dia enggan berkata dengan kita
apatah lagi berbasa-basi
sebab itu ia turunkan naluri
tempatnya berperi.

Dia sentiasa menyapa kita
dengan seribu pengalaman cinta.

Setakat ini dia adalah sahabat
yang penuh muslihat
tapi tak pernah terlihat.

Dia selalu bersama kita
melalui bibir penuh yang percaya
akan senyuman ranum

yang diberikannya.

Kota Belud, Sabah

 

Sumber Kelukaan

Aku adalah sumber kelukaan
sebelum duri di hutan ada.

Dia letakkan aku di dalam puisi
yang memperihalkan unggas setiap pagi
menyiram pohon-pohon
dan membina teduh untuk berlindung.

Dia menyimpan aku dalam kegelapan
agar mereka melihat bintang-bintang
sampai saatnya ia meleburkan diriku
sebelum tahu apa yang terjadi kepadamu.

Semua itu adalah sumber kelukaan
yang tak pernah kelihatan.

Dia menjadikan aku sezarah debu
sebelum kekotoran ada
dan memberiku banyak pengertian
sebelum soalan dan jawapan tiba.

Sebab aku adalah sumber kelukaan
sebelum wujudnya definasi kelukaan
di dalam kamus-kamus luka.

Kota Belud, Sabah

Baca : Puisi-puisi Karya Sastrawan Umbu Landu Paranggi

Mabulmaddin Shaiddin merupakan penyair Sabah, Malaysia. Lahir pada 6 April 1972 Kampung Tamau, Kota Belud. Mabulmaddin menulis puisi, cerpen, serta makalah sastra dan budaya. Penyair yang juga pengkaji kebudayaan etnik Iranun ini telah menghasilkan tiga buah kumpulan puisi yaitu, Stensil Pari-Pari (2010, Jabatan Cetak Kerajaan), Doa, Cinta dan Pohon Lilit (2014, ITBN), dan Sabda Sunyi dari Musim yang Hening (2015, Institut Pendidikan Hidup, Inderamayu). ***

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *