Selamat Pulang Bang Al

Terapi Kamar Mandi

KABAR duka itu datang tanpa diundang. Ya, ia tiba seperti hempasan gelombang menghantam bibir pantai saat menjelang tengah malam.

Ombak yang menyerbu di postingan banyak grup WA dan sejumlah laman FB itu adalah bahwa Datuk Seri Al Azhar pulang. Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau itu dipanggil Sang Khalik ke kampung abadi pada Selasa malam, 12 Oktober 2021 pukul 22.04 WIB di rumah sakit Awal Bross Pekanbaru.

Saya terbayang saat terakhir bertemu beliau di ruang Rektor UIN SUSKA Riau pada 25 Agustus 2021 lalu. Al Azhar, Taufik Ikram Jamil dan Junaidi (Rektor Unilak) serta saya bersilaturahmi dengan Prof Hairunnas Rajab (Rektor UIN SUSKA). Saat itu Bang Al tak banyak cakap. Saya sudah lama tak bertemu beliau. Dalam diskusi kecil dan amat matan itu saya berharap, ungkapan bernas dengan suara berat dan kata-kata indah yang seolah-olah bermuatan dan berkekuatan magis Bang Al akan berlompatan. Sudah lama nian saya tak mendengarnya. Saya sungguh mengharapkan dan menunggu itu.

Akan tetapi saat itu ia hanya banyak senyum. Ketika awal bertemu dan berpisah, kami tak berjabat tangan karena mengikuti protokol kesehatan. Duduk pun berjauhan. Di akhir pertemuan kami foto bersama. Saya kebetulan berada di sampingnya. Inilah satu dari dua foto saya bersama Bang Al selama saya mengenalnya. Padahal sering bertemu dalam berbagai kegiatan, termasuk saat saya diminta memberi sarahan budaya di LAM Riau sempena mengenang Budayawan H Tenas Effendy pada Rabu, 28 Februari 2018.

Pada malam Bang Al pulang itu, pikiran saya menerawang dan menyesap ke masa lalu, berjujai-jujai peristiwa muncul. Di barisan pertama, kira-kira 10 tahun yang lalu, saat saya menjadi salah seorang pengurus Dewan Kesenian Riau (DKR), mungkin malam itu peringatan tahun baru atau ada satu momen yang tak saya tahu pasti lagi. Pada tengah malam saya memboncengnya dengan sepeda motor dari bandar serai ke rumah lamanya di jalan Melati Labuh Baru. Sebelumnya seorang satpam memberitahu saya kalau Bang Al memanggil saya ke ruangannya. Saya heran, tak biasanya dan tak terduga kenapa dipanggilnya, karena walaupun selalu bertemu dan bertegur sapa dengannya namun saya tak akrab sangat dengannya.

“Dinda, Abang minta antar pulang ke rumah. Bisa kan?” katanya. Saya semakin terkejut. Mengantar ke rumahnya pada tengah malam? Pikir saya. Beberapa lama saya diam. Yang terpikir bahwa saat itu saya hanya membwa sepeda motor. Saya tahu ia punya mobil. “Saya hanya pakai sepeda motor, Bang,” kata saya akhirnya.

“Ya. Tak apa-apa,” balasnya sambil tersenyum. Saya pun mulai membayangkan bagaimana cara membawa lelaki bertubuh jangkung dan besar itu dengan sepeda motor, sementara badan saya lebih pendek dan kecil daripada dia. Kalau ada yang melihat kamai malam itu tentulah mereka akan menyaksikan pemandangan yang membuat hati geli. He he.

Selama perjalanan, ia terus memandu saya dari belakang. Kami melalui jalan-jalan yang tak biasa saya lewati. Saya seolah tak mengenal jalan Pekanbaru malam itu. Sampai di depan rumahnya, tak ada kata lain yang diucapkannya selain terima kasih.

Sampai saat ini, saat ia sudah pulang selamanya, bagi saya perjalanan kami malam itu menyisakan banyak tanya dan misteri. Kenapa ia minta antar pada saya, bukankah ia punya mobil dan banyak orang lain yang dapat mengantarnya pulang. Ada satpam dan karyawannya di Bandar Serai. Ada sejumlah teman dan sahabat dekatnya di sana. Tapi kenapa saya?

Sampai Bang Al wafat pada Selasa malam itu, saya tak menanyakan sebab-musabab kenapa ia minta antar pada saya saat itu. Ya, saya biarkan semua itu menjadi misteri dan menjadi catatan untuk dikenang dan direnung.

Al Azhar, itulah namanya. Dalam bahasa Arab terdapat al dan azhar pada namanya. Al (alif dan lam) dalam qawa’id al-lughat al-‘Arabiyah atau tata bahasa Arab dikenal sebagai salah satu tanda ma’rifah (pengenal). Azhar sendiri, jika huruf sesudah alif itu huruf zai lalu ha besar (bukan ha pedas), maka dapat bermakna bunga. Seakar dengan al-zahra. Akan tetapi jika sesudah alif itu huruf zo, maka dapat berarti jelas atau nyata.

Dari akar-akar kata sederhana itu dapat dipahami bahwa nama Al Azhar itu dapat bermakna bunga, dapat pula berarti jelas. Dan dalam hidupnya, Al Azhar memang telah melakukan kedua makna kata tersebut. Apa yang dilakukan Al Azhar semasa hidupnya telah menebarkan bunga yang indah dan harum untuk kemelayuan dan kemanusiaan. Dan ketika ia menyampaikan ide serta pikirannya memang jelas dan terang. Sesuatu yang sederhana menjadi bernas, terang dan bermakna ketika itu disampaikan Al-Azhar dengan bahasa yang jelas, ide berbobot, dan pilihan-pilihan diksi yang indah. Ia benar-benar seorang orator, pemikir dan pemain teater yang handal. Ia benar-benar penguasa panggung yang hebat. Bagi saya, itulah beberapa hal yang amat dirindukan dari sosoknya.

Ketika berdialog dengan seseorang, ia terkadang menyapa dengan panggilan kecil atau panggilan timangan. Ia seolah tahu apa panggilan masa kecil orang yang sedang dihadapinya. Sebuah upaya untuk menghargai, memerhatikan, menyenangkan dan membahagiakan teman bicaranya. (Maaf), jika tak salah, misalnya ketika memanggil Hasan Junus dengan panggilan “can”. Taufik Ikram dengan “yam’, atau Yusmar Yusuf dengan “meh”, dan lain-lain.

Kepergian Bang Al menyisakan sepi dan senyap. Setelah kepulangan Tenas Effendy pada 28 Februari 2015 lalu, kini masyarakat Riau dan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau kembali berduka, kembali kehilangan satu tokoh penting bagi negeri ini. Semasa mereka hidup, Tenas dan Azhar bagaikan dua sisi mata uang, juga mata kanan dan mata kiri Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Kini mereka berdua telah pergi. Riau sejenak terasa benar-benar sunyi. Siapa yang akan mengganti?

Yang patah ‘kan tumbuh, nan hilang ‘kan berganti. Semoga.

Selamat jalan corong Melayu yang pemikir, orator, seniman, organisator, dan aktor panggung teater. Semoga di perjalananmu yang panjang nanti selalu jelas, terang, dan dikelilingi taman bunga yang penuh wangi semerbak seperti nama yang diberikan pada dirimu. Amin. ***

Baca : Tunduk Padi

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *