Mandah Sagoo

tuan guru

Apa tanda orang Mandah?
Biasa menangkup sagu rendang
Apa tanda generasi betuah?
Potensi tradisinya dijadikan peluang

MANDAH SAGOO..!

PERNAH dengar ungkapan itu?

Ini macam kata gurauan, kelakar, atau ejekan bagi anak-anak Tembilahan kepada anak-anak Mandah suatu masa dulu, yang makananan asli orang Mandah tempoh dulu : memang berbahan baku dari sagu.

Itu gurauan, “kelaka”, atau ejekan bagi mereka, tetapi sebetulnya ini memang “takdir”. Sekaligus “pecutan” bagi kita. Karena sagu memang darah, daging, tulang dan kulit kita. Sagu adalah kederat (kuat tenaga) kita. Bahasa “kenennya” : sagoo itu “energen super” bagi orang Mandah.

Dikarenakan kuat makan sagulah orang “Mande” dulu jadi sangat kuat main bola. Kuat “mandah” (ini Bahasa Orang Caltex), maksudnya : “betapok”. Berkelam menebang kayu di dalam hutan, atau “betanggang” berhari-hari pergi melaut, merempuh ombak gelombang, menempuh pulau demi pulau.

Ingat Tan Tawi? Legendaris pesepak bola dari Mandah. Pada masanya tidak ada tim bola lain di Indragiri Hilir dan sekitarnya sehebat Tim Bola dari Mandah.

Semasa transportasi masih payah, mereka merayau bermain juga keluar dari Indragiri. Jarang kalah. Jago anggol (sundul), punya skil dan teknik main keting (teknik memainkan bola menggunakan tumit), pun tidak takut main pangkah. Karena tulang kering mereka rata-rata sudah terasah. Inilah generasi emas paling cerah dari kesebelasan Mandah.

Ketika Indragiri dan Indonesia krisis beras pun, orang-orang “Mande” tak pernah gundah. Sagu Tok Nekek kita olah mulai dari makanan pokok sampai dibuat beragam penganan dan juadah. Mulai dari sagu rendang, gubal sampai lempeng sago melokot.

Sagu rendang. Rasanya inilah makanan yang dekat dengan hadist nabi, yang perlu dimakan sebelum lapar, dan mesti berhenti makan sebelum lapar. Dengan memakannya sebelum tidak akan pernah lapar pada waktu jadwal jam makan.

Lalu, mengapa berhenti makan sebelum kenyang?

Sagu rendang ini bila dimakan terus sampai kenyang akan sampai pada nasib, payah berdiri beberapa jam kemudian. Tersebab, sagu rendang halus ini mengembang, yang membuat perut makin menggelembung. Sesak.

Makan sagu itu kenyang kemudian. Bukan pada waktu makan.

Sagu membuat perut senantiasa stabil. Tidak merasa terlalu kenyang dan tidak pula terasa lapar pada waktu yang panjang.

Sagu. Mungkin, bukan saja telah membuat badan berkederat. Bisa saja zat dari sagoo juga telah membuat otak dan hati orang-orang Mandah lebih hebat dibanding orang lain di wilayah yang sama. Indikasinya, orang-orang Mandah yang cemerlang di bidang pemerintahan, bisnis, seni budaya dan lainnya : rata-rata dibenih, dibibit dan dilahirkan ketika tual rumbia, tampin sagu dan sabak sagu masih bertambun dan berserak- herak di suak dan tebing di wilayah Mandah. Ketika wilayah Indragiri – malah Indonesia – krisis beras. Sehingga orang Mandah lebih total mengunyah dan memamah sagu.

Mungkin dari sinilah lahir generasi dari sari pati sagoo.

Sagoo itu potensi kita ~ walaupun batang-batang sagu itu sudah raib dari kebun-kebun kita. Potensi itu : kita “punya tradisi” yang amat khas soal “sagu-menyagu” ini. Mulai dari tradisi menebang rumbia, menggolek, mengerek-mengolah sampai tradisi memakannya.

Adakah orang luar bisa “melambungkan” dan “menerbangkan” sekian ribu bintil kristal halus (ke udara), lalu dalam sekelip mata bisa menyambar dengan tangkupan mulutnya? Sementara dalam sesaat pula dia bisa mencekah kerang sebelah tangannya, malah dengan tiga jari pula (untuk melengkapi aktivitas menangkop).

Itu cuma bisa dilakukan orang Mandah. Tradisi ini cuma ada di Mandah. Tradisi “menangkup sagu rendang terbang”.

Maka, marilah kita ra’ikan “festival” (?) sagu rendang ini. Kita lestari dan kekalkan.

Semoga sago mandah bukan saja telah memberikan kekuatan kepada generasi dulu dan melahirkan kecemerlangan pada generasi sesudahnya, tetapi juga hendaknya menerbitkan ilham, ide, gagasan kepada generasi hari ini dan ke depan : hendak dibuat pengembangan apa atau bisnis apa dari “Potensi tradisi sagoo dari Mandah” ini.

Restoran sagu rendang ada di Gobah
Lempeng sagu melokot yang diandal
Semoga pertemuan jadi berfaedah
Elok berderma kumpulkan modal

Buat restoran Kuala Mandah. ***

Pekanbaru, 30 Oktober 2021

Baca : Tok Bah dari Natuna

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *