Bersempena Hari Guru 2021, Tanoto Foundation Luncurkan Buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi

Peluncuran buku Tanoto
Tanoto Foundation meluncurkan Buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi secara virtual, Kamis, (25/11/2021).

LAMANRIAU.COM , PEKANBARU – Dalam memperingati Hari Guru Nasional 2021, Tanoto Foundation meluncurkan Buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi, Kamis, 25 November 2021.

Buku yang ditulis 44 guru dan kepala sekolah tersebut memuat pengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada siswa di tengah tantangan dan keterbatasan karena dampak pandemi.

Data Kemendikbudristek mencatat ada 51 juta siswa dan hampir tiga juta guru terkena dampak langsung pandemi yang telah berlangsung hampir dua tahun ini.

Selain itu sebanyak 53,55 persen guru kesulitan mengelola kelas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan 49,24 persen guru terhambat melaksanakan asesmen PJJ. Guru juga sulit menggunakan teknologi selama PJJ, dengan jumlah mencapai 48,45 persen.

“Kami mempersembahkan buku ini untuk memperkaya para guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan pembelajaran kreatif dan menyenangkan di masa pandemi, demi berkembangnya potensi terbaik anak-anak Indonesia,” kata M Ari Widowati, Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation.

Buku ini, menurut Ari, memuat berbagai pengalaman belajar dan mengajar di jenjang SD/MI dan SMP/MTs, serta praktik-praktik baik dukungan dari kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah, serta pendampingan belajar orangtua kepada anak.

Termasuk di dalamnya, pengalaman menyelenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan teknologi (daring), tanpa teknologi (luring), maupun pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang dilakukan di sekolah, maupun pembelajaran campuran atau blended antara PJJ dan PTM.

Kuasai Enam Literasi Dasar

Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih yang menjadi narasumber menyampaikan, di masa pandemi Covid-19 guru perlu mengetahui dan memiliki kemampuan enam literasi dasar.

Yakni, literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.

Menurut Sri, kehadiran buku ini sebagai wujud nyata dan merupakan salah satu contoh konkret dalam melaksanakan literasi numerasi, sains, hingga digital.

“Buku ini sangat membantu guru di tempat lain yang masih mencari cara bagaimana mengajar yang baik di masa pandemi,” kata Sri.

Sementara Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com menyebut buku ini kaya sekali pengalaman untuk bisa dijadikan acuan dalam menghadapi dan beradaptasi dengan ketidakpastian yang panjang karena pandemi.

“Semoga pengalaman para guru yang nyata ini bisa menjadi inspirasi untuk kita menumbuhkan harapan dan menjernihkan harapan. Kita juga bisa saling belajar dan saling mengisi sehingga ketidakpastian itu bisa kita hadapi dengan lebih baik,” kata Wisnu.

Bantu Guru Bertransformasi

Juni Kardi, kepala SDN 18 Pekanbaru, Riau, satu penulis yang menjadi narasumber dalam peluncuran buku ini mengatakan, ia berupaya mendampingi guru-guru di sekolahnya memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.

Menurutnya, masih banyak guru yang masih mengalami kesulitan menyelenggarakan pembelajaran daring karena belum terbiasa menggunakannya. Kemauan guru untuk belajar di sekolahnya melalui komunitas pemanfaatan teknologi juga masih perlu ditingkatkan.

Juni berinisiatif mendampingi para guru berlatih menggunakan teknologi. Ia mengidentifikasi kemampuan teknologi apa saja yang dimiliki oleh para guru.
Setelah terpetakan, Juni mengajak guru yang telah menguasai teknologi untuk ikut membantunya dalam mendampingi guru-guru yang perlu pendampingan.

“Kami melakukan pendampingan secara klasikal, kelompok, dan juga individu agar sesuai dengan kebutuhan para guru yang ingin belajar. Hasilnya, semua guru di sekolah saya menjadi terbiasa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran,” katanya.

Abdul Rahmat, guru kelas IV SDN 011 Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur, merasakan tantangan terberat di masa pandemi ini adalah memastikan kemampuan individu setiap siswa dapat berkembang optimal.

“Saya mengatasinya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Caranya dengan mengakomodasi semua perbedaan siswa, pembelajaran yang terbuka untuk siswa, dan menjawab kebutuhan setiap individu,” kata Rahmat.

Totaria Simbolon, Totaria Simbolon, Guru SMPN 3 Kabanjahe, Karo, Sumatra Utara, memanfaatkan beragam aplikasi dalam pembelajaran. Seperti aplikasi Geogebra yang menjadi alat bantu belajar matematika, khususnya untuk menggambarkan konsep geometri bangun ruang.

“Dengan aplikasi yang bisa diakses secara terbuka di internet tersebut, siswa menjadi lebih mudah menemukan rumus volum kubus dan balok dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume kubus dan balok. Pembelajaran juga menjadi lebih mengasyikkan bagi siswa, baik saat PJJ maupun PTM terbatas,” kata Totaria juga penulis buku.

Bagi pembaca yang ingin mendapatkan buku pembelajaran aktif di masa pandemi tersebut, bisa mengunduhnya melalui tautan berikut:  https://bit.ly/Pembelajaran_Aktif_di_Masa_Pandemi. (*)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *