Puisi-puisi Karya Mohd Adid Ab Rahman, Melaka

MALAM DAN BULAN

Malam dan bulan bersahabat sejak zaman purba
saling ingat mengingati saling lengkap melengkapi
jika bulan tidur di tempat sunyi
nescaya malam didera gelita dalam genggaman nasib
meronta-ronta untuk seteguk cahaya di mana ada
jika malam terkubur
nescaya bulan memucat sepanjang hayat
aku rasa kau bulan di malamku

Malam dan bulan membayang sekian diksi dalam puisi
bersatu menyampaikan makna untuk seluruh manusia
sentiasa bangun menghargai waktu
bersyukur atas dipanjangkan usia dengan ketaatan
kalau bukan maka termasuk kumpulan haiwan
seluruh hidupnya hanya untuk makan

Malam yang masuk ke dalam hidupmu
jangan biarkan membengkak dan bernanah
lalu kau menangis menahan kesakitan
namun keluar rumah mengejar bulan
sehingga menjadi buah fikiran sendiri
atau harapan yang dimiliki hati
hanya itu payung ketika hujan
agar kau tidak basah berkepanjangan

Melaka, Malaysia
21 NOV 2021

 

TUHAN, BERSIHKAN TUBUHKU YANG TERPALIT LUMPUR

terpuruk ke dalam sunyi yang begitu lebat
aku selalu diajak memikirkan diri dan hati
kecacatannya di mana letak
debu-debu melekat cemarkan wajah
hati penuh aliran sungai yang kotor berbau bangkai
buangan dari kilang-kilang besar yang gemukkan pengusaha
tanpa menoleh ke sekitar, pelbagai ikan luka-luka
hilang sudah keriuhan pemancing-pemancing di tepian kecuali sepi
seperti pemandangan yang cantik bertukar detik berkabung

telah banyak murka-Mu, Tuhan
air mata ini adalah penyesalan berbaur malu
kerana nafsu merayu dan mendesak
aku manusia yang tega membelakangi titah-Mu
serupa barang tak perlu
padahal setiap detik Engkau selalu bersikap baik
menyediakan udara, makanan dan tempat tinggal

Tuhan, bersihkan tubuhku yang terpalit lumpur
Dan hati yang tak tahu bersyukur
Tak aku jejaki lagi jalan itu kedua kalinya
Kalau hanya meruntuhkan maruah
Dan semakin jauh dari redha-Mu

Melaka
19 NOV 2021

 

WAJAH NASIBKU DI LANGIT MURUNG

Wajah nasibku di langit murung menawarkan hujan
hanyalah hinaan dan kejian; bangkai tersadai di tepian
batinku sepertinya dihempap sebuah ladang mengering
di bawah terik matahari
kemarau panjang melanda
pohon-pohon gagal tumbuh apalagi berbuah
siapa yang tak berasa sakit?

Namun aku punya jati diri
semalam ayah pernah mengasuhku tentang kecekalan
sabar atas kesukaran apa pun
dengan pesan keramat
aku bangun membuktikan nanti
bahawa langit murung pasti kan terusir
menerbitkan bintang cemerlang terang

Meskipun jalannya berduri dan amat payah
akan aku jadikan mudah

Melaka
21 Jun, 2021

————-
Mohd Adid Ab Rahman, kini mengajar di SMK Iskandar Shah, Melaka. Pernah belajar di Universitas Islam Negeri Banda Aceh dalam jurusan Dakwah. Meminati sastera terutama dalam bidang puisi dan telah menghasilkan puluhan antologi bersama seperti Terima Kasih Tuhan (2019), Merentas Sempadan (2020), Ruang Bicara (2020), Angin Rindu (Gapadu 2020), Hujan Kata (Kembara Sastera 2020), Ramadhan Kareem (Tinta Karya 2020). Antologi Klate Di Hati (GEMA 2020), Antologi C Antagonis (ASWARA 2020), Bahtera Merdeka (Tinta Karya 2020), Pasrah (PTK 2020), Citra Yang Tak Padam (Narangkai Publications 2021), Sejernih Embun (KS 2021) dan lain-lain. Karyanya pernah muncul di surat kabar Malaysia seperti Utusan Malaysia, Berita Harian, Utusan Borneo, Harian Ekspres dan Majalah Dewan Sastera, Dewan Tamadun Islam dan lain-lain. ***

Baca : Puisi-puisi Karya Fiana Winata

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *