Neraca Beratu Intan

Bang Long

Bismillah,

KEADILAN berasal dari kata dasar adil. Kata ini diadopsi dari bahasa Arab. Maknanya adalah berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Kata ini juga bisa berarti sikap yang bebas dari diskriminasi; bebas dari ketidakjujuran. Jadi, keadilan merupakan keadaan yang sesuai dengan standar hukum, baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Ketidakberpihakan pun bisa disebut keadilan selama berada pada posisi kebenaran. Menurut Notonegoro, keadilan merupakan suatu keadaan yang dikatakan adil jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Menurut W.J.S. Poerwodarminto kata adil berarti tidak berat sebelah; harus tidak ada kesewenan-wenangan dan tidak memihak. Jadi, keadilan pada dasarnya memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan hak-hak mereka. Sering kita dengar bahwa adil itu tidak harus sama.

Semua orang mendambakan keadilan. Kita menginginkan keadilan komutatif, keadilan distributif, keadilan legal, keadilan vindikatif, keadilan kreatif, dan keadilan protektif. Keadilan komutatif berkelindan dengan kaitan antarorang atau antarindividu. Keadilan ini memfokuskan agar prestasi sama nilainya dengan kontra. Keadilan distributif berkelindan dengan kaitan antarindividu dan masyarakat atau negara. Keadilan ini berkenaan dengan kemasyarakatan seperti jabatan, barang, kehormatan, kebebasan, dan hak-hak. Keadilan legal berkelindan dengan kesamaan dalam melaksanakan undang-undang. Keadaan ini terwujud ketika masyarakat dan penguasa setia melaksanakan undang-undang. Keadilan vindikatif merupakan keadilan dalam hal memberikan hukuman atau denda kepada seseorang sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya. Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat, yaitu kedamaian dan kesejahteraan bersama. Keadilan kreatif berupa kebebasan untuk mencipta atau berkreasi sesuai dengan kreativitas yang kita miliki. Kreativitas antarindividu itu berbeda-beda. Karena itu, keadilan ini memerdekakan setiap orang untuk mengungkapkan kreativitasnya di berbagai bidang kehidupan. Keadilan protektif menekankan pada pemberian proteksi atau perlindungan kepada seseorang. Dalam masyarakat, keamanan dan kehidupan pribadi warga wajib dilindungi dari tindak sewenang-wenang pihak lain.

Banyak sekali riwayat yang berkisah tentang keadilan. Sejak zaman kenabian, para sahabat, dan para tabiin. Sampai saat ini, kisah-kisah mengenai keadilan dan ketidakadilan selalu saja terjadi. Kisah penegak hukum yang adil masih banyak. Kisah pencari keadilan yang gagal pun tidak sedikit. Tidak jarang kita mendengar atau membaca berita bahwa keadilan itu sangat mahal. Begitu mahalnya sehingga masyarakat sulit menggapainya. Padahal, kisah-kisah keadilan dalam sejarah Islam sangat banyak dan bisa menjadi teladan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bangsa Melayu menempatkan keadilan sebagai dasar untuk menegakkan tuah dan marwah. Keadilan mengandung kewibawaan, harkat, martabat, dan daulat. Keadilan bagai tiang rumah bertiang. Keadilan pun laksana pondasi rumah beton. Keadilan menjadi acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keadilan merupakan segala-galanya. Begitu hebatnya posisi keadilan bagi bangsa Melayu dapat kita telusuri dalam Tunjuk Ajar Melayu. Bangsa Melayu yang terkenal dengan estetika bahasanya sehingga menjadi bahasa Indonesia itu sangat menjunjung tinggi keadilan. Demi keadilan, bangsa ini siap mempertaruhkan nyawa, jiwa, dan raganya. Apa tanda Melayu jati, membela keadilan berani mati (1994:83). Bangsa ini pun tiada gentar demi membela keadilan karena diyakini sebagai perangai terpuji. Apa tanda Melayu terpuji, membela kebenaran pantang lari. Orang Melayu pun tergolong menjadi orang terpilih karena pembelaannya demi keadilan. Apa tanda Melayu terpilih, membela keadilan menahan sembelih.

Selain itu, orang yang berperangai adil akan mendapat istimewa. Orang Melayu akan menaruh rasa hormat yang luar biasa kepada pemimpin atau orang yang berlaku adil. Tunjuk Ajar Melayu mengatakan pada yang adil jangan membantah, berlaku adil engkau taati, kepada yang adil tempatmu taat, orang yang adil tanda berilmu. Sikap menaati, mematuhi, dan berguru akan muncul kepada orang-orang yang berlaku adil. Bangsa Melayu mengutamakan keadilan sebab di dalamnya mengandung berbagai hikmah dan kebijaksanaan untuk kesejahteraan orang awam.

Masih lekatkah diingatan kita ketika Riau bersuara tentang keadilan? Negeri yang kaya hasil bumi, tetapi rakyatnya banyak didera kemiskinan. Riau memang sudah sejak lama menjadi negeri jelapang padi, negeri padang perburuan. Tuntutan bagi hasil juga merupakan perjuangan tentang keadilan terhadap negeri ini. Hutan ulayat dan hak tanah masyarakat Riau pun masih banyak dilanyak keserakahan. Keserakahan tentu saja sama rupa dengan ketidakadilan. Suara-suara ketidakadilan atau perjuangan keadilan senantiasa muncul dalam karya sastra Riau, baik puisi maupun prosa.

Apa akibatnya jika muncul ketidakadilan? Tentu saja banyak akibat tidak elok yang akan terjadi. Lahirnya ketidakadilan seumpama kematian keadilan. Apa yang akan terjadi kalau keadilan mati? Bila keadilan sudah mati, di sanalah tempat binasa negeri. Bila keadilan sudah lesap, di sanalah tempat setan menyelap. Bila keadilan sudah hilang, orang pun menjadi binatang jalang. Bila keadilan dilupakan orang, celaka tiba laknat pun datang. Bila keadilan sudah dilupakan, yang kuat makan memakan, yang lebah mati terlendan (1994:89-90). Begitu dahsyatnya jika seseorang atau sekelompok orang tidak memperoleh keadilan. Ketidakadilan akan memunculkan amuk bagai kata Gurindam Duabelas: Raja alim raja disembah, raja zalim raja disanggah..

Keadilan tidak mengenal rupa. Keadilan tidak mengenal harta. Keadilan tidak tahu kasta. Keadilan tidak tahu jabatan. Keadilan senantiasa bermain di singgasana kebenaran. Singgasana kebenaran adalah kerajaan tuhan. Hanya orang-orang adil yang bisa menegakkan keadilan. Apa tanda orang yang adil: bila menimbang sama beratnya, bila menakar sama sukatnya, bila mengukur sama panjangnya, bila menghitung sama banyaknya, bila memandang sama tepatnya, bila mendengar sama bunyinya (1994:88). Mari kita belajar kepada Nabi Sulaiman yang berlaku adil dengan petani dan pengembala kambing. Rasulullah Sallallahu Aalaihi wa Salam pun bersikap dan berbuat adil serta menegakkan keadilan. Semoga kita semua bisa menegakkan keadilan sebab keadilan bagaikan neraca beratu intan.***

Alhamdulillah.

Bengkalis, Selasa, 03 Jumadil Awal 1443 / 07 Desember 2021

*) Musa Ismail adalah sastrawan, dosen, dan ASN di Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis.

Baca : Akal Tak Sekali Tiba

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *