Gunung pun Bernyanyi

Gunung

Tuai padi sebelum masak
jangan sampai layu-layuan
laman negeri tak lagi berpasak
penghulu marwah hilang panutan

Rupanya palsu penghias kata
kata diungkai penulis sejarah
topeng wajah susah dibeda
ketika zaliman menjadi darah

Takut tertinggal berlarilah kencang
mengunyah pisang badan perkasa
lakon zalimun menjadi sagang
tunggulah waktu negeri binasa

 

I

Gunung-gunung tak lagi bersedih
apalagi menangis, tersebab
air mata hilang tiada

II

Gunung-gunung akan bernyanyi
terus menerus menyambut
prestasi peneraju negeri
dengan lagu
dua satu dua
tiga satu tiga
empat satu empat
lima satu lima
enam satu enam
terus bergerak perlahan
membisik bumi
menggelar angin
tak lagi menutupi
justru membuka
tabir satu persatu
kedok topeng bopeng
setiap keculasan

III

Gunung-gunung akan berkelakar
sambil meniup seruling sangkakala
bersama Israfil mengkalkulasi
setiap manipulasi kata
yang terus mengalir gulir
bersama cerita citra ngeles
tentang negeri yang
kehilangan wibawa

IV

Gunung gunung bersama awan mendung
kelabu langit yang bercengkrama
dengan kumolonimbus hiasi penyambutan
okestera kilat guntur petir yang
menyanyikan simponi bala negeri
dalam paduan suara kemunafikan zaliman
dengan ucapan salam dari semeru
yang disahut merapi sinabung singgalang
diiyakan galunggung tanda merestui

V

Gunung-gunung pun bersujud sambil
menunggu instruksi kapan gagak keong mulai
bernyanyi memberi sinyal pada penguasa
zalimun dari negeri para wali agar mereka
tak jumawa lagi.

Ulas-tutup, Jengah Jenguk Cendekia munajah doa, memohon ampun dalam senyap senjakala atas segala lokan-laku peneraju pun penghuni negeri yang selalu mengedepankan jumawa. Agar doa-doa tak kandas lagi singkirkanlah laku-lakon munafiq-zalimun menjadi barometer taubah nasuha. Jangan lagi mengolok-olok apalagi menjual ayat-ayat dalam ke-Maha-Besaran-Nya.

Menepuk angin terpercik wajah
pudarnya cincin tanpa permata
tiadalah negeri menjadi gagah
tanpa zalimun berjaya kita

Budi luhur hati berseri
kapal belayar tiada sekoci
laku lakon penghuni negeri
belakang bersih wajah suci.

Semoga Allah Swt memberkahi. ***

Baca : Pembodohan Bangsa

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *