Core Values

visi vokasi

ADA perkara mustahak apa sehingga Presiden Joko Widodo secara resmi meluncurkan nilai-nilai inti (core values) yang baru bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)?

Bukankah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42/2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil sudah ditera 9 Nilai-nilai Dasar yang harus dijulang oleh setiap PNS? Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara pun masih ditera secara eksplisit.

Rupanya Kemenpan-RB menilai bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai dasar serta Kode Etik dan Kode Perilaku ASN yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara masih belum memadai. Masih beragam. Masih multitafsir. Karena itu perlu disamakan sehingga kelak dapat menjadi fondasi budaya kerja ASN yang profesional.

Agar mudah diingat, maka Core Value ASN yang baru itu disingkat dengan nama “BerAKHLAK”; akronim dari kata Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Nilai-nilai inti (core values) merupakan elemen fundamental dalam memaknai pekerjaan kita, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja untuk orang lain. Kekuatan fondasi itu ditentukan oleh seberapa kuat kita memegang nilai-nilai dasar tersebut dalam perilaku selama bekerja.

Core values merupakan keyakinan-keyakinan mendasar dari seseorang atau organisasi yang memandu perilaku orang-orang dalam organisasi tersebut. Nilai-nilai inti membantu kita memahami perbedaan antara benar dan salah. Nilai-nilai dasar itu juga memastikan apakah organisasi kita sudah berada di jalur yang benar dalam mencapai tujuannya. Pada akhirnya, nilai-nilai dasar itu akan membentuk budaya organisasi.

Pekerjaan memiliki martabat mulia. Martabat itu dibangun oleh nilai-nilai pribadi yang bekerja.

Secara historis, etika lahir dari runtuhnya tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu.

Pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk kala itu, tidak lagi dipercayai sehingga para Pecinta Kebijaksanaan mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia. Sampai sekarang, ternyata kita pun masih tak paham-paham juga. Atau pura-pura tak tahu. Lebih ramai lagi yang tak mau tahu. Bukan lupa. Kan mesti ingat dulu, baru lupa?.

Apa tak pernah diajarkan dan diingatkan? Saban tahun Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Riau menyelenggrakan diklat ASN. Dulu Namanya Latihan Pra-Jabatan (LPJ), Diklat Pimpinan (Diklatpim).

Sekarang LPJ berubah nama menjadi Latihan Dasar (LATSAR). Diklatpim bersalin nama menjadi Pelatihan Kepemimpinan Adminstratif (PKA) dan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP). Kurikulum diklat-diklat ASN itu sebetulnya telah mengintegrasikan Nilai-nilai Dasar “ANEKA” (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti korupsi) yang harus dijadikan acuan dan fondasi dasar ASN dalam bekerja.

Bekal untuk ASN ini sudah diberikan. Tinggal membuka (belajar), meresapi (internalisasi), mengamalkan (aktualisasi), dan membiasakan (habituasi). Apapun hasil elaborasi nilai-nilai “Ber-AKHLAK” itu, esensinya adalah moralitas ASN dalam bekerja. Bekerja memerlukan sikap-sikap mulia. Di atas nilai kita membangun etos dan budaya kerja.

Sekarang ini kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang lebih mengedepankan modal sosial. Namun realitas kekinian secara perlahan namun pasti mempelihatkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang cemerlang kian hari kian tak tidak dihiraukan dalam menghasilkan kinerja yang gemilang dan terbilang. Hanya sebatas dibaca, tahu, tapi tidak diaktualisasikan dalam laku-tindak membangun martabat menjulang marwah.

Albert Einstein mewariskan kearifan dalam bekerja dan berkarya, “hendaknya Anda berusaha bukan untuk menjadi orang sukses, melainkan orang yang bernilai”.

Apa Maciam..? ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Respon (3)

  1. Pekerjaan memiliki martabat mulia. Martabat itu dibangun oleh nilai-nilai pribadi yang bekerja.

    Jd bagi pekerja yg tdk menjalankan pekerjaannya atu hanya datang absen di tempat kerja bisa di bilang orang tersebut tidak “Bermartabat”.
    Dan sama sekali tidak “BerAKHLAK”;

  2. Bestie Prof. Tajam menghunjam!
    Kalau tak terase juge, entahlah…
    Izin untuk dijadikan referensi n sandaran dlm presentasi kelak. Maciam terong… Hehehe… Terus bergerak raih CAHAYA

  3. Besto Prof. Tajam menghunjam!
    Kalau tak terase juge, entahlah…
    Izin untuk dijadikan referensi n sandaran dlm presentasi kelak. Maciam terong… Hehehe… Terus bergerak raih CAHAYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *