Teledoskop Zalimum

Hari ini
masa lalu
tahun depan
adalah kemarin

Lalu esok
juga kemarin
dan kini tetap akan
terus berlalu hingga
malaikat maut menjemput

SEPAKAT atau pun tidak perbuatan zalim itu ada tiga tingkatan. Zalimin tingkatan pertama. Kedua, Zaliman dan ketiga Zalimun. Akumulasi kesadaran pertaubatan tidak semestinya datang di akhir tahun. Begitu pun penyesalan, seharusnya tidak datang kemudian. Pepatah klasik mengalaskan, “Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.”

Akhir tahun yang selalu disebut dalam kalender solar, kalender surya, kalender matahari dan kalender syamsiah. Menyambut awal tahun, secara berkelanjutan merupakan kehidupan yang berulang dalam remik-ritme ibadah, terkadang senda-gurau, senang-susah, galau-bahagia hanyalah episode penantian menunggu pada penghujung akhir sebelum awal bulan. Begitulah kehendak-Nya tatkala waktu terus bermunajad.

Bertumpu-pijak pada kesadaran tersebut umumnya yang selalu diluas-cermat adalah kaleidoskop akhir tahun. Sesuai KB2I (kamus besar bahasa Indonesia) kaleidoskop dimaknai dua hal. Pertama, alat optik yang bentuk luarnya seperti keker (teropong), dilengkapi dengan dua kaca persegi panjang yang dipasang pada lapisan dalam (pada) salah satu ujungnya. Sehingga dapat memperlihatkan pelbagai gambaran yang indah dan simetris dari kepingan barang berwarna yang diletakkan di antaranya ketika dilihat dari ujung yang lain. Kedua, aneka peristiwa yang telah terjadi untuk kemudian disajikan secara singkat.

Jengah Jenguk Cendekia (J2C) mengulas-kaji akhir-awal tahun menyebutnya dengan istilah Teledoskop Zalimun (TZ). Tidak sama dengan kaleidoskop, Teledoskop adalah pengeker (teropong) berbasis jangkauan masa lalu, dan hari ini menjadi refleksi masa datang yang terintegrasi (tak dapat dipisahkan). Sementara Zalimun adalah perbuatan zalim pada level ketiga. Dalam bahasa yang sederhana merupakan tindakan atau perbuatan zalim di atas zalimin dan zaliman. Perbuatan ini berlaku-lakon secara personal, kelompok melalui aktor-aktor di dalam maupun di luar struktur negara.

Sebuah Teledoskop adalah ulas-kaji gambaran indah masa depan (elok nan nyaman) dan simetris (kesejalanan, tanpa benturan) pelbagai peristiwa kejadian dalam kesatuan waktu tertentu. Satu tahun adalah waktu, jam, hari dan bulan yang terintegrasi. Yang dalam realitas ulas-kaji sesungguhnya tidak harus indah nan elok serta sejalan (simetris). Ulas-kaji meneropoang-deteksi, perlahan-pasti terkait semua dinamika haru-kelabu, duka-sedih, zalim-menzalimi (perbuatan Zalimun) terkadang penyebab alergi hati luka nan berduri.

Berulas-sagang kaleidoskop, maka Teledoskop Zalimun merupakan reflektif sekaligus antisipatif laku-lakon zalim (pemaksaan kehendak misalnya) pada masa depan, walaupun tak sama berbeda. Teledoskop Zalimun adalah merefleksi sandaran identfikasi amal kebajikan dalam hubungan personal dan publik yang dapat mengungkai-hujah masa depan setelah perdetik-menit-jam, hari, bulan tersebut berlalu.

Berulang-kali selama setahun melodrama kehidupan terekam pada kemera zaman. Dalam hubungan ini, percaya atau tidak adalah sebuah kalkulasi transenden jika azab berdampak kolektif walaupun orang per orang (personal) yang berlakon mungkar Zalimun (tindakan zalim) kepada orang per orang atau sekelompk orang. Implikasi lakon mungkar-zalim, tidak salah jika ada yang berpendapat hanya berpedoman pada hukum positif. Tidak melanggar hukum dimaknai tidak berbuat kemungkaran dalam kezaliman. Itulah realitasnya minimal dalam perspektif mereka yang sedang ‘mengendalikan kuasa’.

Refleksi akhir tahun sebagai sebuah Teledoskop Zalimun memberikan cara pandang antisipatif terhadap datangnya azab (sebuah bala balasan) akibat berlangsungnya terus menerus kemungkaran. Dalam Teledoskop Zalimun, minimal terdapat tiga sandaran hukum yang berdimensi masa (waktu) kejadian. Sandaran ini terimplementasi dari lakon sedetik masa lalu, sebelum semenit masa depan: antara detik-menit.

Pertama, Hukum Aksi Plus Reaksi. Boleh jadi banyak yang belum jikalau enggan mengatakan tidak tahu apabila tindakan zalim (berbagai lakon mungkar) akan menghasilkan perlawanan. Kezalimunan yang terelaborasi menjadi bagian penting dari lakon mungkar mendatangkan perlawanan secara langsung (hukum responsif). Apabila diformulasi menjadi pengetahuan lakon yang dapat disebut dengan kezalimunan akan memproduksi perlawanan. Esensi hukum ini dalam hubungan dengan Teledoskop Zalimun memberikan iktibar kepada penyelenggara negara untuk tidak melakukan tindakan ke-zalimun-an. Hukum ini mendalilkan bahwa, “jika kezalimunan diteruskan hanya akan menghasilkan perlawawan.”

Kedua, Hukum Aksi Minus Reaksi. Samahalnya dengan Aksi Plus Reaksi, hukum ini merupakan tindak lajut yang dikenal dengan perlawanan diam. Pepatah lama selalu mengatakan, “Air yang tenang menghanyutkan”. Diam jangan dianggap tidak melawan (merespon balik). Dalam hubungan “Aksi Minus Reaksi” lakon kezalimunan (mungkar), akan menghasilkan perlawawan melalui doa-doa panjang selama tujuh belas rakaat sehari semalam plus amalan lainnya di awal dan tahun berikutnya. Esensi hokum ini memperingatkan jangan sampai kezalimun-mungkaran “memaksa” orang-orang tertindas (kaum Mustadh’afin) si empunya hak langsung untuk “melawan”. Kaum ini mendapatkan keistimewaan (dalam makam doa) untuk menghancurkan para penzalim.

Ketiga, Hukum Kolektif ke-Azab-an. Kalau Aksi Plus Reaksi memberikan perlawanan langsung. Aksi Minus Reaksi perlawanan diam dalam doa. Sementara Hukum Kolektif ke-Azab-an adalah pemberi peringatan (warning). Akumulasi manakala terus dizalimunkan dalam perlawanan dan doa yang dinilai belum berhasil. Maka tunggulah azabnya. Referensi Qurani menceritakan yang dapat dinilai sebagai nubuwah, kezalimunan akan tumbang. Kisah Namrud dan Firaun seorang penguasa zalim adalah referensi yang berdimensi ke-nubuwah-an. Masih enggan beriktibar? Silakan.

Ulas-akhir, J2C di penghujung tahun duaribuduasatu ini terserah untuk dimaknai sebagai apa: nasihat, peringatan atau apapun namanya (hanya Jengah Jenguk Cendekia, Menjengah dan Menjenguk dari seorang Cendekia).

Merangkai rotan seperti kayu
sambal rujak campur mentimun
tahun duaribuduasatu hampir berlalu
utamakan amal singkirkan zalimun

Salat tahajud membuat imun
mobil korea mereknya kia
tinggalkan segera lakon zalimun
duaribuduadua Insya Allah bahagia

 

Menutup tahun 2021 ini, J2C menyusun jari, mengulur tangan bersandar kalam akhir: mohon maaf atas semua khilaf dalam niat, pikir dan kalam.

Semoga Allah SWT memaafkan. ***

Baca : Survival Mechanism

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *