Akhir Tahun

visi vokasi

MENGAJARI anak berhitung itu perkara penting. Itu lah sebab ramai orang pontang-panting mencari kiat agar anak kita pandai dalam pelajaran berhitung; satu dari enam literasi dasar kemahiran Alaf 21.

Pelajaran berhitung ini memang madang membuat anak kita tak berkutik, termasuk saya sendiri. Gegara pelajaran berhitung ini pula saya pernah ditempeleng guru waktu kelas satu SMP. Memang bebal.

Gegara berhitung ini pula, Guru SMA saya naik pitam dan jatuh pingsan di depan kelas. Mati kutu teman sebangku saya tak dapat menjawab soalan latihan yang mendadak ditanyakan.

Itu kisah dulu. Sekarang sudah banyak cara mudah belajar berhitung. Bukan saja semakin mudah, juga semakin menyenangkan. Matematika yang menghidupkan.

Yang masih kurang banyak adalah cara menyadarkan anak-anak kita perkara apa yang harus diperhitungkan dalam melayari samudera kehidupan yang semakin sesak dengan tipu muslihat.

Padahal itu perkara teramat penting untuk menjuarai “olimpiade sekolah kehidupan” dari pada sekedar merebut piala dan piagam “olimpiade sekolah kematian”.

Awal tahun 2020 dulu, kita semua diajak mengasah kemahiran dan kearifan dalam perkara berhitung tentang kematian dan kehidupan oleh Covid-19. Bilangan tahun itu berakhir di angka 0 (nol).

Tahun berikutnya (2021) berakhir dengan angka 1 (satu). Sebentar lagi (2022), angka 1 itu akan berganti menjadi angka 2 (dua).

Orang pintar dan kritis dalam berhitung niscaya akan menemukan sebuah serial keteraturan perubahan angka akhir bilangan tahun 2020, 2021, 2022, ….. dalam bentuk deret hitung …0, …1, …2, …..

Orang cerdas dan bijak, seharusnya berikhtiar melalui refleksi dan kontemplasi di setiap momentum peralihan tahun itu. Muhasabah diri terasa lebih berkesan dalam suasana hening. Hiruk-pikuk seringkali membuat orang lupa diri.

Neraca pencapaian setahun memang selalu dibaca di Akhir Tahun. Untung atau rugi. Sukses atau gagal. Tambah baik atau makin buruk.

Macam-macam tafsiran hasil bacaan neraca hidup dan kehidupan itu, tergantung pada kemahiran berhitung dan kearifan memperhitungkan hasil hitungan.

Tahun kemarin adalah sejarah masa lalu. Tahun sekarang adalah karunia Ilahi. Tahun depan adalah misteri yang tak pasti. Hanya Tuhan yang tahu. Kita hanya bisa mengagak-ngagak.

Bahwa masa lalu tak bisa mengubah masa depan adalah keniscayaan. Capaian tahun sekarang merupakan hasil investasi tindakan tahun lalu. Capaian tahun depan, tergantung pada apa yang kita pikir dan ikhtiarkan tahun ini.

Nyala kembang api yang menerangi langit saat pergantian tahun baru hanyalah sekejap. Kita harus terus mempertahankan nyala pelita hati dalam diri untuk menerangi jalan kehidupan penuh harapan sepanjang hayat dikandung badan.

Pikir lah dalam-dalam sambil menikmati buah perenungan futuristik Johann Wolfgang von Goethe; penulis sastra dunia yang paling terkemuka asal Jerman:

Barang siapa tidak memberi pertanggunjawaban mengenai tiga ribu tahun, ia tetap seorang dungu yang tinggal dalam kegelapan, ia hanya hidup dari hari ke hari..!

Untuk setahun pun terkadang kita tak sudi merenungkannya.

Apa Maciam? ***

Baca : Core Values

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Respon (3)

  1. *AWAL TAHU*
    Untuk awal tahun kite ikut pesan dalam gurindam pasal yg ke enam.

    Cahari olehmu akan sahabat,
    yang boleh dijadikan obat.
    Cahari olehmu akan guru,
    yang boleh tahukan tiap seteru.
    Cahari olehmu akan isteri,
    yang boleh dimenyerahkan diri.
    Cahari olehmu akan kawan,
    pilih segala orang yang setiawan.
    Cahari olehmu akan abdi,
    yang ada baik sedikit budi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *