Puisi-puisi Karya Ardhi Ridwansyah

Malam Sendu

Sendu cuaca menuai rindu,
Di tengah jalan suara klakson tersedu,
Membiak keluh dalam dada pengendara,
Lelah yang termaktub dalam keringat,
Menetes deras basahi raga lesu.

Sepasang mata menerkam,
Jiwa lunglai siap layu,
Seraya malam begitu syahdu,
Lirih hujan menebar teror,
Tentang kenangan masa lalu.
Kala puisi yang tergores,
Pada tubuh kertas lusuh,
Tiada bermakna, menewaskan kata,
Tepat saat jemari,
Menikam asa jadi binasa.

Jakarta, 2021

Halaman Satu

Mencarimu di sebuah buku,
Aku coba menata rasa,
Dalam sesaknya kata-kata,
Meramu cinta dengan rindu,
Yang terurai dalam setiap halaman,
Penuh ilmu.

Ada jiwamu di sana, tersenyum,
Mengetuk jemala dengan manja,
Menebar secercah huruf menjadi,
Kisah yang patut dibaca.

Ada gelisahmu meringkuk,
Di halaman satu; kala memulai,
Aku bersiap mengakhiri tiap kasih,
Dengan waktu yang terus berlari.

Jakarta, 2021

Mengetuk Jendela Sepi

Untuk Windy Nur Malasari
Datang angin mengetuk jendela sepi,
Menyapa diri yang sibuk merawat mimpi,
Di dada ringkih tiada cerita yang tertata,
Segala kisah tewas tanpa kasih.

Namun angin menuntunnya,
Berembus di sekitar telinga berbisik,
Dengan cinta yang kini bangkit,
Berdiri tegak menantang hati yang resah.

Sejak surya membelai permukaan bumi,
Hingga sinarnya redup sebagai senja,
Angin terus menuai memori rindu,
Tentang pesan dengan kesan kelabu,
Di setiap kalimat menuai candu.

Jakarta, 2021

Jam Dinding

Adalah jam dinding tua,
Merekat di tembok usang,
Berlumur waktu yang lamur,
Wajahnya kian luntur.

Menyatu dengan tanah,
Kemboja subur merekah,
Tanda duka terdalam,
Dari hati nan resah

Jakarta, 2021

Embun

Embun bertengger,
Di tubuh daun lesu,
Dan ada wajahmu, menyapa daku,
Menuai rindu sekaligus ragu.
Sebab embun,
Akan mengering seiring waktu,
Menanti fajar kembali,
Tersenyum seperti biasa,
Lagi dan lagi.

Jakarta, 2021

——————————
Ardhi Ridwansyah kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Puisinya ”Memoar dari Takisung” dimuat dalam buku antologi puisi ”Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Puisinya juga tersebar di berbagai media cetak dan daring. Penulis buku antologi puisi tunggal ”Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam”. Salah satu penyair terpilih dalam ”Sayembara Manuskrip Puisi: Siapakah Jakarta”.

Baca : Puisi-puisi Karya Fiana Winata

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *