Lesung

Bang Long

Bismillah,,

LESUNG selalu diterjemahkan sebagai alat tradisional dalam pengolahan gabah menjadi beras. Fungsi alat ini memisahkan kulit gabah (sekam) dari beras. Biasanya, lesung terbuat dari kayu atau batu. Kayu atau batu tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga memiliki rongga/ruang untuk diisi dengan padi atau suatu benda. Ukuran dan kedalaman rongga pun beragam, bergantung takaran fungsinya. Selain sebagai penumbuk padi, lesung dengan ukuran lebih kecil juga digunakan sebagai alat rumah tangga. Kedudukan lesung biasanya di dapur. Fungsinya sebagai pelumat berbagai perencah sehingga menghasilkan perisa memasak seperti lada, kunyit, bawang, dan sebagainya. Gabah atau perencah yang akan diolah dimasukkan di dalam rongga atau lubang lesung. Selanjutnya, biasanya Emak-Emak yang melakukan proses menumbuk dengan anak lesung atau alu. Proses menumbuk dilakukan secara berulang hingga sekam terpisah dari padi atau perencah sudah lumat secukupnya.

Dulu, masyarakat nusantara di kampung-kampung tidak mengenal pelumat elektronik (blender). Sampai kini, masih ada orang berpendapat tidak sedap kalau melumat lada dan bumbu masak lainnya dengan pelumat elektronik tersebut. Ditumbuk atau dihancurkan pakai lesung atau ulek lebih sedap, katanya. Bukan karena orang kampung itu kampungan. Bukan pula karena tak berduit nak membeli blender ‘tu. Tidak pula sebab menolak inovasi. Sesekali adalah Emak-Emak menggunakan benda elektronik itu. Lesung menjadi pilihan utama untuk melumatkan berbagai bumbu masakan. Lesung sebagai penumbuk padi nyaris punah karena sudah tergantikan oleh mesin penggiling padi. Lesung sebagai pelumat perencah masih banyak kita temukan dalam kehidupan keluarga.

Dalam berbagai aktivitas sosial-budaya, lesung sering kita temukan. Dengan fungsinya tersebut, tentu saja lesung berkaitan dengan peristiwa sosial-budaya. Bahkan, kini tidak jarang kita saksikan bahwa lesung sudah dikreasikan di dunia seni tari dan musik. Para seniman mengkreasikan tari lesung. Dari proses menumbuk gabah atau perencah, bunyi-bunyian terdengar sehingga menghasilkan irama.

Lesung menjadi simbol bahwa pekerjaan mesti dilakukan dengan bersusah payah. Ada keringat yang mesti mengalir. Proses menumbuk padi atau perencah di dalam lesung yang dilakukan secara berulang merupakan proses ikhtiar yang luar biasa. Secara tidak langsung, menumbuk padi atau perisa berarti membangun jatidiri untuk meremukkan kebosanan, meningkatkan kesabaran, dan meninggikan tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan.

Hakikatnya, proses menumbuk padi atau melumatkan perencah makanan bertujuan untuk memperoleh faedah (keuntungan) yang terbaik. Kita tidak bisa memperoleh keuntungan dengan serta-merta. Keuntungan atau faedah yang kita tangguk melalui jalan menyimpang pun tidak dibenarkan. Keuntungan akan kita peroleh setelah melalui suatu proses yang panjang. Proses inilah yang disebutkan dengan istilah bersusah payah, yaitu suatu ikhtiar yang benar.

Jalan kebenaran memang tidak mudah. Namun, dia akan menjadi lebih kusut jika kita terus berjalan pada ketidakbenaran. Melakukan sesuatu tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan adatnya berarti kita telah menyimpang dari jalan kebenaran itu. Keuntungan yang kita peroleh dari jalur di luar adat sama halnya dengan sesuatu yang kita usahakan tanpa memerhatikan kebenaran.

Banyak di antara kita meraih sesuatu, tetapi tidak melalui proses seperti menumbuk padi atau melumat perencah pada lesung. Ada yang melompat. Ada pula yang menjilat. Tidak sedikit juga karena kerabat dan sahabat. Banyak juga yang berjimat dari dukun dan keramat. Mereka tidak ingat lagi hakikat ikhtiar yang bersusah payah menurut adat sebenar adat. Hakikat itu sudah lesap dari hati terdalam.

Semua manusia ingin hidup sukses. Sukses itu harus kita raih dengan bersusah payah. Itulah perjuangan hidup. Hidup bersusah payah akan membentuk ketegaran. Jiwa dan raga jadi lebih tegar. Untuk meraih kesuksesan, kita mesti melalui kehidupan yang bersusah payah itu. Kehidupan yang bersusah payah itu ibarat tabir pembatas. Ianya adalah menumbuk gabah untuk memperoleh padi. Ia juga merupakan melumat berbagai perencah untuk menghasilkan perisa masakan yang gurih. Padi dan perisa itulah simbol dari kesuksesan yang akan kita raih.

Lesung merupakan wadah suatu proses pengerjaan. Ada kandungan kemuliaan di dalamnya. Itulah kemuliaan pengerjaan sesuatu sebagai amalan. Seperti kata Tunjuk Ajar Melayu bahwa bila hendak berbuat kebajikan/karena Lillahi engkau niatkan/pantangkan olehmu meminta balasan/supaya kerjamu jadi amalan. Sebagai wadah, lesung memiliki kekuatan menahan segala hantaman demi memberikan hasil sempurna. Keikhlasan pun tergambar dari benda tradisional ini, yaitu menggambarkan bahwa suatu pekerjaan harus dilakukan dengan ikhlas dan tidak menyalah. Kalau bekerja tiada ikhlas/badan letih manfaatnya lepas. Kalau bekerja niat menyalah/hidup merugi tak ada faedah. Mari kita bekerja dengan budi pekerti, bekerja dengan tabah, bekerja bukan karena puji, bekerja dengan kesadaran diri, dan bekerja menurut adatnya. Adat periuk berkerak, Adat lesung berdekak.***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 23 Jumadil Awal 1443/27 Desember 2021

Baca : Emak

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *