Pelita Hati

Bang Long

Bismillah,

”Cara dan kualitas berpikir itulah yang kelak akan menentukan harga diri manusia” (Toto Tasmara, 1999:315).
Genius adalah 1% inspirasi (ide/rencana) dan 99% keringat. Hayatilah bahwa ide atau rencana itu hanya bernilai 1%, yang 99% adalah tindakan (Edison).

BERPIKIRAN besar? Tentu terasa eksklusif. Sebenarnya tidak. Selama masih menggunakan otak, kita berkesempatan penuh untuk berpikiran besar. Tuhan telah menganugerahkan keistimewaan agung-Nya kepada kita berupa otak sebagai sumber dan wadah untuk berpikir. Berpikiran besar akan melahirkan perbuatan-perbuatan besar. Hasilnya pun besar.

Berpikiran besar merupakan suatu konsep untuk berubah dan mengubah suatu keadaan. Ini merupakan cara terbaik untuk melahirkan kepribadian tangguh. Bagaimana mungkin keberhasilan akan mendekat kalau kita seperti katak di dalam tempurung. Bagaimana mungkin akan berhasil jika kita membunuh pemikiran sendiri sebelum dipertarungkan pada suatu sayembara, kesempatan, tantangan, dan kinerja.

Berpikiran besar juga merupakan suatu cara terbaik untuk menjadikan diri lebih berharga. Berpikiran besar dan benar akan membangun tamadun mulia. Ya, agar kita lebih berharga bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara. Bahkan, berharga di mata Tuhan. Kita selalu berkata bahwa masa depan harus cemerlang, bahagia, dan sempurna di depan siapa saja. Sebaliknya, kita sendiri masih terlalu kecil berpikir tentang suatu persoalan. Pikiran-pikiran masih saja diikat oleh ketakutan yang tidak beralasan.

Bukan hanya itu. Seringkali kita membuat alasan untuk menutup sifat malas. Sadar atau tidak, alasan itu bisa membunuh kemampuan kita.  Coba kita perhatikan kalimat-kalimat yang biasa kita lontarkan berikut. Saya sudah tua. Saya masih muda. Tidak ada waktu. Tidak mungkin. Tidak akan berhasil. Tidak bagus. Hasil kerjaku ini salah. Aku tidak akan bisa. Itu bukan bidangku dan beribu alasan lainnya. Alasan-alasan tersebut sudah mengunci pikiran kita. Peganglah penghapus dan hilangkan alasan-alasan itu sehingga gembok pikiran menjadi terbuka. Dengan pikiran besar, kita akan menangkap peluang-peluang. Kita akan mampu memberikan sumbangan terbesar pula pada kemajuan generasi (peserta didik). Kita juga akan sangguh merepih tujuan hidup. Kata Daniel Webster (1782-1852), pikiran mengikat segala sesuatu yang besar. Pikiran manusia adalah proses yang pada akhirnya akan menjawab tujuan-tujuan manusia.

Apa yang kita pikirkan-sebenarnya-adalah apa yang kita lakukan. Serangkaian tindakan merupakan dimensi paralel dari serangkaian pemikiran. Kita akan bertindak besar jika kita berpikiran besar. Bagaimana seorang (pendidik) akan memberikan pengaruh positif seandainya cara berpikirnya masih saja tertutup, tidak meluas, dan statis. Berpikir dengan berbagai kemungkinan untuk menjadi yang terbaik tentu akan memberikan hasil terbaik. Karena itu, berpikirlah untuk mencapai suatu hasrat. Lalu, melangkahlah!

Berpikiran dan bertindak benar merupakan cara seharusnya yang kita lakukan. Tujuannya untuk menjadi teladan dan simpatik. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan, yaitu (1) menyukai dan menghargai pemikiran dan perilaku elok orang lain. Mulai saat ini, berupaya menyukai dan menghargai pemikiran dan perilaku elok orang lain secara ikhlas. Menerima perbedaan perilaku dan perbedaan tingkat kecerdasan merupakan suatu bentuk dari langkah ini. Menyukai orang lain berarti menerima anugerah dari Tuhan apa adanya. Perlakuan ini akan melahirkan kemesraan hidup. (2) mengubah pola pikir dan pola tindak yang keliru. Kekeliruan pola pikir dan pola tindak begitu meruyak di masyarakat. Kekeliruan ini bagai memperoleh vitamin sehingga sangat subur. Dalam diri sendiri, refleksi merupakan  langkah paling tepat untuk menginstal ulang pola pikir dan pola tindak negatif dalam diri. Sesungguhnya, batas kebenaran dan kesalahan, baik pikiran maupun tindakan, sudah sangat jelas. Transfer-transfer pola pikir dan pola tindak yang berenergi dan bervitamin akan memperkuat kepribadian kita. (3) Jadilah antivirus. Pikiran dan tindakan seseorang bisa diibaratkan seunit komputer. Kita rentan virus. Setiap saat, kitaa mudah dijangkiti virus. Karena itu, kita tak perlu bosan melakukan proses memindai (scanning) terhadap pikiran dan tindakan kita dengan cara yang menyenangkan dan kena sasaran. (4) Ayo, robohkan tembok dan tak perlu membangun tembok. Sikap tak perlu terlalu memberikan jarak. Mari kita robohkan tembok-tembok itu. Perlu sikap komunikatif. Hanya dengan merobohkan tembok-tembok itulah, interaksi akan lahir dengan keindahan sempurna.

Berpikirlah dengan benar. Lahirlah tindakan benar. Pikiran yang benar akan menciptakan tindakan yang benar. Kekeliruan berpikir akan melahirkan kekeliruan bertindak. Berpikirlah sebab Tuhan selalu mengingatkan kita agar terus dan mau berpikir. Tuhan senantiasa mengingatkan dengan frasa … bagi orang yang mau berpikir/memikirkan. Berpikirlah sebelum bertindak! Ingat pesan Ema, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Pikir itu pelita hati.***

Alhamdulillah

Bengkalis, Jumat, 04 Jumadil Akhir / 07 Januari 2022

Baca : Waktu

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *