Neo-Cortex Atau Neo Makar

Turun Gunung

Makan sambal mustahil kenyang
lambung perih tetap kelaparan
apa beda peramal perancang
satu badan dua pekerjaaan

Seperti air di daun keladi
bagai pungguk rindukan bulan
peramal merancang yang terjadi
perancang menyusun regulasi ramalan

Elok rotan menjadi tikar
elok pisang membuat gairah
peramal perancang pembuat makar
pemakar pelakon zalimun serakah

TERUS gelap (biasanya terang), semenjak awal perlu dikhabar-beritahukan. Sungguh sulit membedakan antara seorang yang suka meramal (peramal) dengan seseorang yang suka merancang (perancang, perencana, arsitek, otaknya, pemikirya, master main, dalangnya dan lainnya). Tulisan ini didedikasikan untuk memenuhi janji Jengah Jenguk Cendekia (J2C) sebelumaya akan diulas walaupun kilas ihwal Neo-Cortex dan Metaverse. Namun pada J2C hari ini, ihwal Metaverse belum jadi untuk diulas-cermati. Mohon maaf pada pembaca.

Berlatar permohonan maaf itulah susah membedakan antara peramal (prediktor, orang yang suka memprediksi) dengan perancang (orang yang suka membuat perencanaan, ‘pemakar’.) Kalaupun dipaksa untuk membedakan amat sangat tipis. Mengapa tipis? Walaupun ramalan (peramal) galibnya selalu mengedepankan insting (mata hati), semedi dan lainnya, tetapi tetap saja diperlukan instrumentasi seperti kartu dan yang lainnya. Bahkan peramal era milenial kekinian sudah banyak pula yang menggunakan peralatan canggih khususnya software statistik bersandarkan grafik beserta angka-angka kuantifikasi. Mencermati realitas ini wajar begitu tipisnya (transparannya) perbedaaan tersebut

Belajar tipisnya perbedaaan yang ada, tidak salah banyak pihak yang selalu mempertanyakan termasuk Saya jika Babeh Bill Gates (nama lengkap William Henry Gates III) itu seorang peramal atau perancang? Yang jelas Babeh Bill orang terkaya pemilik berbagai investasi perusahaan besar dunia. Sebelumnya banyak media mengekspose nama Bill Gates di awal pandemi Covid-19. Ini disebabkan Babeh Bill Gates telah memprediksi (meramal) datangnya pandemi sejak lima tahun sebelum peristiwanya terjadi.

Berbagai media yang mempublikasi bahwa dalam sebuah presentasi di acara Ted Talks tahun 2015 (hampir tujuh tahunan) yang lalu, Babeh Bill mengatakan jika virus yang kala itu belum diketahui namanya, akan lebih berbahaya dibanding misil. Virus itu bisa membunuh puluhan juta orang. Bahkan dalam CNBC Indonesia (19 January 2022 07:32), dikhabarkan Babeh Bill mendapatkan keuntungan dari bsinis investasi vaksin sebesar Rp2.800 T. Sungguh ruar biasa (biasanya, luar).

Mohon maaf jika terlalu jauh mendiskusikan perbedaan peramal dan perancang. Oleh karena seriusnya khawatir lupa tema utama sesuai tajuknya. Sebenarnya tajuk kali ini dengan ramal-meramal juga rancang-merancang terdapat hubungan signifikan. Hubungannya tegak-lurus pada sentuhan ‘ke-makar-an (ihwal perbuatan Makar).

Kembali ke fokus tajuk bahwa secara umum struktur otak manusia terdiri dari dua  bagian besar yakni Otak Tua (Old Brain), dan Otak Baru (New Brain). Old Brain yang disebut Limbic merupakan otak lawas bawaan dari ‘hewani’. Sementara New Brain (Neo-Cortex) adalah semacam hardware yang digunakan untuk memikirkan hal-hal yang lebih besar daripada yang ‘terpikirkan hewan’.

Ibarat super komputer yang sangat canggih bahwa dua bagian utama otak bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bagian Limbic (Old Brain) memuat basic programming (program dasar). Yakni program dasar untuk menjalankan komputer. Inilah insting-insting hewani, atau lebih tepat disebut insting-insting dasar kehidupan. Sedangkan bagian Neo-Cortex (New Brain) memuat program-aplikasi yang dibutuhkan manusia. Muatan pada bagian ini dapat ditambah, dikurangi, dihapus, diperbaiki, atau bahkan ‘dimanipulasi’.

Dalam konteks ulas-cermati tajuk ini yang dimaksud dengan Neo-Cortex ringkasnya adalah cara perang tanpa penggunaan kekerasan. Cara perang Neo-Cortex/NC (Neocortical Warfare) sudah banyak diulas oleh mereka yang menggemari dunia analisis kecerdasan (intelijen). Analisis (bidang) kecerdasan inilah yang jarang diketahui bahwa inheren dengan analisis (dunia) intelijen.

Dari sini berklid-klindan dengan kemajuan dunia informasi dan teknologi (iptek) yang saling terintegrasi (susah untuk dipisahkan). Dalam hubungan ini Neo-Cortex adalah perang dengan mempengaruhi pikiran bawah sadar yang berdimensi biologi dan psikologi. Kemajuan dibidang iptek menunjukkan bahwa kehendak orang yang bersumber pada otak (pikiran), khususnya bagian otak yang namanya Neo-Cortex. Bermula dari sinilah lazim disebut dengan Neo-Cortex (perang yang mempengaruhi (menyasar) utama adalah pikiran) atau perang kecerdasan.

Perang model ini menggunakan cara yang tidak lazim. Perang umumnya merupakan tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk kepada kehendak penyerang (bisa kita, mereka atau lainnya). Dalam bahasa populernya, N-C lebih sesuai dengan pendapat Sun Tzu (ahli strategi perang klasik pesohor negeri Tirai Bambu). Panglima perang yang unggul adalah seseorang yang dapat menundukkan musuhnya, tanpa menggunakan (melalui) pertempuran. Dalam perang model ini esensinya tiga konsep-istilah menyatu: perang tanpa kekerasan, pemimpin perang, dan suap (rasuah). Untuk membantu mendalami ihwal Neocortical Warfare sila telusur mbah google. Semoga dapat membantu.

Sedangkan istilah Makar (Neo Makar dalam tajuk) dapat dimaknai secara filosofis yang dalam sumber Qurani sebagai “peringatan dini sebuah tindakan-upaya”. Peringatan dimaksud lebih tertumpu pada tindakan zalim yang Allah Swt Maha Tahu terhadap tindakan tersebut. Dalam bahasa orang-orang alim, bijak nan cerdik, istilah Makar, tidak salah dimaknai sebagai antisipasi (strategi) menghindar dari upaya makar. Sementara, tidak jarang pula dalam kancah global, Makar disamakan dengan konspirasi. Lain pula dalam istilah politik dalam negeri, Makar yang diartikan “upaya mengambil-alih kekuasaan dengan kekerasan bersenjata”.

Menurut hemat Saya yang penting untuk ditelaah-cermati dalam hubungan dengan Neo Makar adalah penolakan istilah konspirasi yang disamakan dengan Makar. Ini dimaksudkan agar tindakan makar yang populer dihubung-kaitkan dengan laku-lakon kezaliman dapat terdeteksi (diidentifikasi). Penolakan tersebut disebabkan konsep-istilah konspirasi selalu dimanipulasi menjadi ‘teori konspirasi’. Sehingga pelaku Makar (Pemakar) terkesan sulit atau tidak dapat diidentifikasi.

Makar sebagai sebuah tindakan zalim (kejahatan) yang dilakukan oleh individu (orang per orang, personal), kelompok yang berkolaborasi kepada orang perorang atau kelompok lain dari dalam dan luar negara. Lazimnya tindakan Makar ini dilakukan oleh aktor-aktor non negara yang memiliki kekayaan juga akses pada selain perusahaan besar global maupun organisasi besar dunia. Mereka (orang-orang itu) yang lazim disebut Elite Global. Mereka selalu bekerja sama (berkoloborasi) dengan aktor negara dan non negara.

Bersandar pada kedua konsep-istilah antara Neo-Cortex atau Neo Makar sebagai negara demokrasi kondisi negeri ini realitasnya dapat dicermati melalui referensi empat konsep utama misalnya. Referensi sederhananya empat konsep utama yang vilar dua tahun belakangan ini yakni Pendemi, Virus, PCR (instrumentasi tes lainnya) dan Vaksin. 

Realitas ini misalnya didahului dengan pertanyaan: Manakah yang lebih dahulu ada di era Pandemi antara Vaksin dengan Virus? Kalau jawabannya Vaksin dahulu baru Virus itulah yang disebut dengan Neo-Cortex atau Neo Makar. Begitupun dengan pertanyaan: Mengapa mereka yang sudah divaksin ‘wajib’ tes PCR?

Banyak yang belum diungkap dan terkadang kurang pas jika realitas tersebut selalu dikaitkan dengan konspirasi (banyak orang menyebutnya teori konspirasi). Dalam bahasa orang-orang alim yang bijak nan cerdik, istilah Makar, tidak salah dimaknai sebagai antisipasi (strategi) untuk menghindar dari upaya Makar. Atau lebih khususnya J2C mengklasifikasi sebagai bagian dari konsep-istilah Neo-Cortex atau Neo Makar (cara Makar Baru). 

Ulas puncak J2C memberikan rumusan penting ihwal Neo-Cortex atau Neo Makar yang dapat mengklarifikasi perbedaaan antara ‘orang bodoh’ dengan ‘orang pintar’. Klarifikasi ini pun berasal dari hasil diskusi dengan seorang teman. Jujur saja amat sangat susah bagi Saya untuk membedakannya bersandar situasi saat ini. Setelah membaca tulisan ini semoga pembaca dapat membantu membedakannya. Paling tidak minilai perbedaaan sesuai pesan kawan tersebut yang menjelaskannya sebagai berikut.

“Orang pintar selalu percaya bahwa semua orang adalah pintar, kecuali dirinya yang bodoh. Sebaliknya orang bodoh beranggapan jika semua orang adalah bodoh, kecuali dirinya yang pintar”

Betul juga. Boleh jadi itulah sebabnya: Mengapa sangat tipis perbedaan antara peramal dengan perancang. Boleh jadi juga seseorang berperan ganda ‘pura-pura meramal’, tetapi sesungguhnya adalah ‘perancang’.

Tetiba saja seorang kawan mendadak bertanya kepada Saya: “Siapa contohnya? Babeh Bill Gates?”

“Bukan!?”

“Jadi siapa?”

Wallahu a’lam bishawab. ***

Baca : Imuno-Ilahiah Tahajud

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *