Mimbar  

Memuliakan Bulan Rajab

LAMANRIAU.COM – Alkisah, ada seorang wanita salehah di Baitul Maqdis. Dia begitu mencintai kehadiran bulan rajab. Disambutnya bulan itu dengan suka cita, ditingkatkannya ibadah, didawamkannya membaca Alquran dan bahkan dia punya pakaian khusus, tapi sederhana untuk menyambut dan memuliakannya.

Satu hari, dia jatuh sakit dan berwasiat kepada putranya agar jika meninggal dikafani dengan pakaian khususnya. Namun, putranya merasa gengsi, maka mayit ibunya dibungkus dengan kain kafan lain yang terlihat lebih bagus.

Malam harinya, sang anak bermimpi ditemui ibunya dan berkata, “Hai putraku, mengapa engkau abaikan pesanku? Sungguh aku tidak rela kepadamu.” Maka ia pun terbangun dan kaget. Ia memutuskan untuk menggali makam ibunya.

Dan ternyata jasad ibunya hilang. Putranya bingung dan semakin syok. Tiba-tiba terdengar suara, “Ketahuilah, bahwa orang yang selalu mengagungkan bulan kami, yaitu bulan Rajab, ia tidak mungkin dibiarkan kesepian menyendiri di dalam kubur.”

Begitu agungnya bulan Rajab. Terasa spesial karena di dalamnya ada peristiwa monumental, yaitu Isra Mikraj, yang oleh-oleh termahalnya adalah kewajiban shalat lima waktu. Bulan Rajab juga senantiasa Nabi SAW sandingkan dengan bulan Ramadhan, bulan yang bagi umat Islam tentu dirasa sangat spesial. Nabi bersabda, “Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.”

Dalam hadis lain, Nabi juga menganalogikan “Rajab itu bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram, dan Ramadhan bulan memanen”. Begitu terintegrasi. Selain itu, para ulama juga mengatakan, Rajab itu bulan istighfar, Sya’ban bulan shalawat, dan Ramadhan adalah bulan Alquran.

Ini bermakna bahwa bulan Rajab menjadi starting point untuk memanaskan mesin ibadah di bulan-bulan selanjutnya. Awali dengan membersihkan diri, isi dengan berbagai kebaikan, lalu satukan pikiran, ucapan, dan perbuatan untuk menggapai ridha-Nya.

Eratnya ketiga bulan tersebut bahkan diikat oleh sebuah doa yang Nabi ajarkan pada umatnya, ”Allahumma baariklanaa fi rajaba wa sya’bana wa balignaa Ramadhana.” (Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan).

Berkah dimaknai ziyadatul khair yang bermakna bertambahnya kebaikan. Ini artinya kita meminta agar Allah SWT melipatgandakan kebaikan pada Rajab dan Sya’ban agar lipatan-lipatan kebaikan tersebut lebih menggumpal di bulan Ramadhan kelak.

Lalu apa yang bisa kita maksimalkan untuk meneladan kebiasaan wanita salehah pencinta bulan Rajab? Pertama, kesalehan individual. Ada beberapa ibadah yang bisa dimaksimalkan, di antaranya adalah peningkatan literasi Alquran.

Selain membaca dan menghafalnya, perlu kiranya mengintegrasikan pemahaman teks dengan konteks untuk memecahkan persoalan-persoalan kekinian.

Kedua, kesalehan sosial. Akhir-akhir ini kita melihat budaya sedekah Jumat kian masif, bukan hanya di kota tapi sudah merambah ke desa-desa. Mari muliakan bulan Rajab dengan memperbanyak kajian agar kesalehan individual dan sosial semakin tajam. Wallahu a’lam. ***

Oleh: Ade Zaenudin

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *