Bekerja Kreatif

visi vokasi

ALHAMDULILLAH; kita semua masih diberi nikmat berfikir. Dengan nikmat itu pula tulisan ini dapat diracik. Dapat mengambil ibtibar dari membaca tulisan hasil olah pikir ini pun adalah berkat nikmat dari kejernihan berfikir. Pikiran yang keruh tentu sukar menangkap pelajaran. Karena itu, buang saja yang keruh dan ambil saja yang jernih.

Hari-hari ke depan, agak-agaknya, daya pikir kita semakin dicabar mencari solusi atas kelangkaan dan kenaikan harga barang kebutuhan dasar. Tempat mengadu atas semua himpitan itu tentu lah kepada “Pejabat Tinggi Kerajaan Tubuh” yang sentiasa menjalankan fungsi berfikir.

Hamba memang tidak mendengar dan menengok langsung sambutan H. Samsuar @Gubernur Riau saat melantik sepuluh pejabat baru pada Jumat 11 Maret 2022 sebagaimana maklumat di LamanRiau.com dalam tajuk “Pejabat Baru Pemprov Riau Harus Lebih Kreatif Buat Kebijakan” (11/3/2022).

Yang muncul dibenak hamba selepas menyimak berita itu adalah bagaimana cara memenuhi harapan Pak Gub kita agar dapat menjadi lebih kreatif membuat kebijakan? Apatah lagi Pak Gub cakap: “ …kalian tak ada lagi waktu untuk belajar.” Maka, tulisan ini diniatkan untuk berbagi sedikit tentang ikhtiar menjadi kreatif. Siapa tahu ada yang yang memerlukan.

Tentu lah Pejabat yang baru dilantik itu mesti terlebih dahulu mencari tahu tentang apa itu kreatif. Manalah mungkin seseorang dapat menjadi lebih kreatif jikalau dia tak tahu apa dan bagaimana cara menjadi lebih kreatif itu. Capaian kita tidak akan pernah melampaui apa yang kita tahu.

Pencarian melalui KBBI (Online) menemukan arti kata kreatif itu sebagai: 1. memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan, 2. pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi.

Jika demikian adanya, maka menjadi tahu lah kita sekarang. Menjadi lebih kreatif itu harus memiliki daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana cara untuk memiliki daya atau kemampuan mencipta itu?

Kalau diri Pejabat itu sendiri yang betul-betul hendak menjadi lebih kreatif, maka diri sendiri lah yang mesti rajin berolah fikir. Ini adalah jalur lambat. Menjadi manusia kreatif itu membutuhkan proses dan investasi waktu yang tidak sekejap. Tak bisa dipesan hari ini, besok langsung jadi kreatif.

Tapi kan Pak Gub tadi cakap bahwa “kalian tak ada lagi waktu untuk belajar”? Kalau begitu, ambil saja jalur pintas (bypass atau short cut). Caranya? Minta tolong saja pada orang yang sudah kreatif dengan segala konsekuensinya.

Namun cara pintas itu hanya bisa menyelesaikan persoalaan sesaat (jangka pendek). Sampai pencen pun tidak akan pernah menjadi Pejabat kreatif yang sebenar-benar kreatif. Tidak akan pernah menyelesaikan persoalan jangka panjang melalui pengembangan diri sendiri.

Justru orang lain yang Bukan Pejabat malah menjadi semakin meningkat daya kreativitasnya. Daya kreatif adalah kemampuan mengembangan ide-ide baru atau menemukan cara baru untuk pemecahan masalah dan peluang.

Kecerdasan orang yang Bukan Pejabat itu makin meningkat dari masa ke masa karena dia sendiri yang menyalakan “mesin berfikir” miliknya sendiri. Walhasil, daya imajinasinya makin “Bedelau Maciam Pulut” karena rajin merenung memikirkan solusi kreatif.

Kreativitas itu ternyata berkelindan dengan cara berfikir yang dipengaruhi oleh latar pendidikan dan budaya. Seberapa kuat kita berfikir tergantung pada seberapa tinggi hasrat ingin tahu (kuriositas) dan daya imajinasi kita. Dua kekuatan itu akan mengungkit kemampuan berfikir kritis dan tingkat tinggi.

Ringkasnya, kreativitas itu urusan memikirkan sesuatu yang baru. Sementara Inovasi adalah urusan menghasilkan sesuatu yang baru, yaitu kemampuan menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan mutu kehidupan. Buah dari kreativitas adalah Ide. Sedangkan buah dari inovasi adalah Produk dan Jasa. Solusi yang kreatif itu mengandung anasir kebaharuan (novelty) dan kegunaan (values).

Untuk dapat berkerja lebih kreatif, Pejabat baru tadi haruslah rajin-rajin memperbaharui pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap permasalahan dalam pekerjaan yang menjadi objek garapannya. Senantiasa melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan, bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif dan berani mengambil terobosan solutif yang murah dan cepat alias bekerja lebih efektif dan Efisien.

“Jangan teruskan melakukan hal-hal yang sama seperti tahun-tahun lalu, bila kita mengharapkan hasil yang berbeda dari sebelumnya” ~Anthony Robbins

Apa Maciam…?***

Baca : Kebun Sekolah

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Respon (1)

  1. Memang harus banyak belajar.Iqrak. Critical thinking, Creativity and innovation, Colaboration Communication, plus Computational Thinking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *