Antara Hujan dan Kenangan
Rintik hujan membasahi bumi pertiwi
Bersamaan kenangan datang menjeruji
Gejolak rindu hadir mengiringi
Ingatan kelam menggenang dalam ilusi
Aliran nadi menusuk hati merajut sepi
Menerobos relung jiwa yang terpatri
Merambat dalam sendi sanubari
Menjalar tak dapat terpungkiri
Kenapa namamu membawa banyak rindu?
Mungkin karena kau terdiri atas senyawa cinta!
Merajut menjadi molekul cerita dan perlahan kian membara
Membakar rindu yang ada
Ada apa dengan rindu?
Mungkin ada hasrat di ujung temu!
Rindu, apakah kau ilusi?
Tak dapat kutemui rupamu
Tapi kurasakan sepenuh hati
Aku tak bisa berkata lagi
Rindu telah membungkam segalanya
Mulut yang penuh kepalsuan
Tanpa suara
Tanpa rasa
Tanpa kata
Apa yang salah dengan rindu.?
Dari hujan tergenang kenangan
Dari kenangan menjadi rindu
Dari rindu menjadi pilu
Dari pilu menjadi dusta
Dari dusta menjadi lara
Dan lara mengingatkan luka lama
Kau merubah rindu menjadi angan semu
Angan di mana kau dan aku tak dapat menyatu
Sirna
Yogyakarta, 03 November 2017
Rasa yang Hilang
Luka memanah qalbu
Mematahkan pilar-pilar rindu
Rindu dekapan hangatmu
Rindu desahan napasmu
Yang dulu menggebu kini mengambigu
Gambaran jiwa yang pilu
Bagai langit meratap sendu
Kala cintamu yang menghilang
Sakit pun datang menjelang
Bersama malam
Kudekap lirih kepenatan sendirian
Tanpa rembulan
Tanpa kilauan bintang
Tanpa suara
Tanpamu disisiku.
Kau harus tahu
Kau lah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Pelipur lara di kala senyap
Sosok semu penyelinap sendi-sendi harap
Yogyakarta, 07 November 2017
Rinai Cinta
Rinai hujan dimatamu
Membuat hatiku pilu
Terkikis menjadi satu
Melebur tak menentu
Aku masih ingat
Kau bilang aku satu-satu nya
Perempuan yang kamu cinta
Penyemangat di kehidupan nyata
Penyejuk dalam realita
Bagiku kau adalah pelita kehidupan
Penerang jiwa di kala hampa
Tempatku mengadu dikala rindu
Tempatku memuja dikala bahagia
Tempatku bersua dikala duka
Lalu, maukah kau mulai bercerita?
Tentang hati, tentang cinta
Tentang aku dan kamu menjadi kita
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Rindu Kelam
Semburat surya di langit jingga
Menerobos relung hati yang hampa
Sinarnya hangatkan jiwa
Mendambakan nyatanya cinta
Hati berjuntai fana
Ambangkan rindu yang masih ditunggu
Harapkan cinta yang belum tertata
Asmara yang dulu tertanam di hati
Kini sirna seiring dengan kepergiannya
Kuncup rindu yang dulu mekar
Kini layu karena tak tersiram embun pagi
Waktu terus berjalan
Anganpun kadang melayang
Teringat masa silam
Saat rindu masih menggebu dan hamparan cinta masih membentang
Kini ku terhampar dalam keheningan
Menanti asa yang belum menjelma
Gelisah kadang merambat
Menyelinap sendi-sendi kalbu yang haru
Aku berharap
Suatu saat cinta pun akan menetap
dan tak akan sirna lagi
Yogyakarta, 04 November 2017
————————-
Winda Puspitasari, lahir di Jawa Barat 12 November 1997. Alumnus Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah aktif pada organisisi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), memulai menulis puisi dibawah naungan Rumah Sastra Janaka Art Humaniora Park. ***
Baca : Puisi-puisi Karya Mohd Adid Ab Rahman, Melaka