Persiapan Ramadhan

ADA beberapa persiapan yang sejatinya dilakukan kaum muslimin pada bulan Syakban demi menyambut kedatangan bulan Ramadhan yang mulia. Di mana bulan Ramadhan itu merupakan bulan yang amat dinantikan kehadirannya oleh kaum muslimin-mukminin karena akan banyak memberikan kebaikan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Di antara persiapan itu adalah: pertama melakukan muhasabah (perenungan diri). Seorang mukmin yang baik hendaknya menyediakan suatu waktu di mana ia menyendiri (berkontemplasi); mengaji diri; siapa dia; dari mana ia berasal; sedang di mana kini; dan akan kemana nanti. Kalau ia seorang hamba Allah, sudahkah semua kehendak Allah dilakukan dalam hidupnya selama ini. Jangan-jangan ia telah berubah menjadi hamba dunia, hamba nafsu, hamba setan, hamba harta, budak jabatan, budak atasan atau hamba istri dan anaknya. Jika itu terjadi, menyesallah.

Kedua, lakukan taubat nasuha. Lakukan penyucian diri zahir dan batin. Sesali kekhilafan, kesali dan tangisi kesalahan dan semua dosa yang pernah dilakukan. Setelah itu ucapkan banyak-banyak kalimat istighfar (Astaghfirullah al-‘aziem). Isi kegiatan hari ini dan masa depan dengan amal saleh. Jauhi dan tinggalkan perilaku yang bertentangan dengan keinginan Allah Swt.

Ketiga, melakukan ziarah kubur. Selain maksud silaturahim ruhaniyah juga bertujuan mengingatkan kematian. Dengan mengingat mati maka diharapkan beribadah kian berkualitas. Termasuk melakukan berbagai ibadah yang dijalani selama bulan Ramadhan nanti.

Keempat, bagi yang kurang sehat fisiknya, di pengujung Syakban mengurangi aktivitas berlebihan, agar ketika masa bulan Ramadhan tiba, ia mampu melakukan puasa di siang hari dan kuasa mendirikan shalat tarawih serta ibadah lainnya ketika malam tiba.

Kelima, mempersiapkan Alquran. Sebagai kitab suci umat Islam, sejatinya muslim memiliki Alquran baru setiap tahunnya. Kaum muslim biasanya akan membeli baju baru, mengecat rumahnya dengan warna baru, kalau perlu membeli mobil baru di penghujung bulan Ramadhan, tapi sebagian mereka lupa pada Alquran dengan corak dan kelengkapan baru yang lebih sempurna. Lebih baiknya, Alquran baru tersebut ada petunjuk membacanya, baik dari segi tajwid, seni maupun makna dan tafsirannya. Bagaimana Alquran jadi pedoman dan petunjuk kehidupan, sementara isi kandungannya tidak diketahui dan dipahami. Jika merasa kesulitan membawa Alquran besar, maka Alquran digital menjadi solusi terbaik. Isilah handphone dan gadget dengan versi Alquran dari berbagai ragam seni bacaan dan tafsirannya yang diakui ijmak ulama. Yang terpenting lagi adalah bagaimana memperbaharui terus menerus pengamalan nilai Alquran dalam kehidupan ini.

Keenam, mengetahui seluk beluk bulan Ramadhan. Memiliki buku atau kitab tentang Ramadhan merupakan hal yang mustahak dilakukan. Mengetahui apa itu puasa, apa amalan utama serta pantang larang yang dilakukan selama Ramadhan. Mulai metode zikir, cara bertarawih yang baik dan benar serta mengetahui pentingnya sahur serta amalan-amalan sunat lainnya. Karena kini zaman digital, maka semua pengetahuan tentang amal yang dan tata cara yang baik dilakukan di bulan Ramadhan dapat disimak, ditonton di internet atau jagad maya.

Ketujuh, mempersiapkan logistik berlebih sebagai stok selama Ramadhan. Persiapan lebih ini bukan hanya untuk pribadi dan keluarga tapi untuk dibagi bersama saudara seiman dan se-iktikad selama bulan Ramadhan. Berbagi perbukaan puasa saja demikian besar ganjarannya apalagi membantu biaya kehidupan yang lebih besar.

“Man fatthara shaiman kana lahu mistlu ajrihi.” (Orang yang memberi perbukaan bagi yang puasa, ganjarannya sama dengan orang yang puasa tersebut).

Kedelapan, sebagai seorang muslim-mukmin yang jati, kaum muslim mulai saat Syakban ini sejatinya telah melakukan survey kecil-kecilan bagi saudara dan tetangganya yang memerlukan bantuan. Ia jenguk kaum miskin di kampung kumuh dan panti jompo, ia tengok saudara sesama muslim di rumah sakit, melakukan ziarah ke pusara ayah-bunda dan sanak keluarga yang telah berpulang ke rahmatullah. Dengan melakukan itu semua, hati menjadi peka, menjadi lembut (lathif dan hanif), sehingga ia pun mulai mengulurkan pertolongan. Ketika nanti bulan Ramadhan tiba, uluran bantuan tersebut pun makin berlimpah sehingga jadilah ia sebagai mukmin yang insan al-kamil, manusia yang memperoleh award berupa muttaqin. Kehadirannya dinantikan, kepergiannya ditangiskan. Di dunia bahagia, balik ke alam baka dalam naungan ridha Allah Swt, dan masuk surga.

Kesembilan, oleh karena pada bulan ini turunnya ayat Alquran sebagai anjuran untuk bershalawat, dan bulan ini juga disebut sebagain bulan nabi sebagai sabda nabi Muhammad Saw, “Rajab adalah bulan Allah, Syakban bulanku dan Ramadhan bulan umatku.” Maka sejatinya sebagai muslimin-mukminin, sudah sepantasnya memperbanyak shalawat kepada nabi Muhammad Saw pada bulan ini, dan tentu saja diteruskan selama bulan Ramadhan dan pada bulan-bulan sesudahnya.

Wallahu a’lam. ***

Baca: Ekstra Maksimal

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *