Puisi-puisi Karya Mohd Adid Ab Rahman, Melaka (Bag.5)

Di Ujung Ramadhan Muncul Fajar Syawal

Sebentar saja lagi kau kan pergi ciptakan bentangan jarak
bagiku mungkin tiada lagi kapal tertambat di pelabuhan
peluang bersama sudah musnah bersama langkahku membeku
alangkah pilunya jika benar ini Ramadhan terakhir!
tidak mampu menahan peredaran waktu
seperti usia makin meningkat dari hari ke hari
tapi doa tidak pernah kering
di musim akan datang jumpa lagi
dapat kucium wangi bulan suci

kaudatang seperti lazimnya dengan kemuliaan
tak salah dikatakan tamu istimewa
namun ternyata aku memang lemah
segala tawaran tak semua berjaya direbut
selalu bimbang ibadah didegupi belum benar-benar matang
tercacah riak, keikhlasan bertukar air keruh tanpa khusyuk
sedang kutahu Tuhan hanya mengakui
sebuah penghambaan suci murni

Di ujung Ramadhan muncul fajar Syawal
piala kemenangan dari satu perjuangan melawan nafsu
batinku berkilau gembira dipenuhi sejuta bunga

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka, Malaysia
18 April, 2022 /16 Ramadhan, 1443

 

Syukurlah Disini Masih Subur Keamanan Semanis Idul Fitri

Rama-rama bersayap kuning hinggap di kembang mawar merah
di sudut taman sedang disinari pagi
ada alunan keroncong kemesraan bencikan permusuhan
membayang satu pertemuan bagi kukuhkan ikatan
sekali imbas batin resah lantas tersiram damai

Di hari lebaran nanti ingin saja ke rumahmu
untuk memohon maaf sebab aku bukan malaikat
tidak lagi mengharapkan hatimu singgah seperti semalam
biarlah itu kenangan pahit selalu bangkitkan keinsafan
kiranya engkau mahu menerima kunjungan ikhlas
tak apalah kalaupun sebagai tamu tidak isitimewa

Syukurlah di sini masih subur keamanan semanis idul fitri
flora dan fauna saling melengkapi
seperti bahasa dan bangsa
seperti puisi dan diksi
lihatlah di wilayah dihujani percikan api dan dentuman
hidup dalam perang berkecamuk
mereka kehilangan senyum tawa hanya ditusuk ketakutan
tidur malam ini, belum tentu bisa bangun esok

Nukilan,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka
17/4/2022 / 15 Ramadhan, 1443

 

Maaf Oh Ibu demi Tugas Negara Aku Tidak Bisa Pulang

Malam berbicara tentang dingin dan suram
luka belum dibasuh terbiar membusuk
harapkan sinar menghuraikan segala kekusutan
berilah bimbingan untuk mereka yang tergelincir
bukan kerana dikatakan pahlawan berani
cukup saja atas desakan kasih sayang dan tanggung jawab

Sebentar lagi suasana menyesatkan akan berakhir
kerana matahari sangat tepati janji terbit pagi
menerangi alam bagai keriangan anak-anak
menyambut ketibaan hari raya ditunggu-tunggu penuh rindu
setelah sepanjang perjalanan ramadhan menahan haus lapar
adalah satu perjuangan sengit sebelum memeluk kemenangan
di medan perang nafsu

Di malam terakhir Ramadhan terdengar takbir dilantunkan
menyambut fajar Idul Fitri
memuji kebesaran Ilahi
aku bermain-main sedu-sedan di perantauan
maaf oh ibu demi tugas negara aku tidak bisa pulang

Nukilan,
Mohd Adidi Ab Rahman
Taman Jus Perdana, Melaka
17 APRIL 2022 / 15 Ramadhan 1443

——————-
Mohd Adid Ab Rahman bermukim di Melaka, Malaysia. Pernah menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Banda Aceh dalam bidang Dakwah dan UTM, Skudai, Johor (Universiti Teknologi Malaysia). Seorang pesara guru KPM (Kementerian Pendidikan Malaysia) mulai tahun 2022. Berminat dalam bidang puisi sejak masih belajar di sekolah.dan sekarang menjadi ahli seumur hidup Ikatan Persuratan Melayu Melaka dan Persatuan Penulis Negeri Melaka (PENAMA). Puisi-puisi pernah muncul di Berita Harian, Utusan Borneo, Harian Ekspres, Mingguan Malaysia, majalah Dewan Sastera, Tamadun Islam, Wanita dan lain-lain. Majalah online seperti LamanRiau.com, Potret Online com, Kosana.my.id., sksp-literary.com, Sabah360 online dan Riausastra.com. Sudah mempunyai puluhan antologi bersama di antara lain Antologi C Antagonis (ASWARA 2020), Bahtera Merdeka (Tinta Karya 2020) Pasrah (PTK 2020) Citra Yang Tak Padam (Narangkai Publications 2021) Sejernih Embun (KS 2021). *

Baca: Puisi-puisi Karya Seniman Malaysia Aida Nia

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *