Migrasi Manusia

ALHAMDULILLAH; seminggu sudah lebaran berlalu dengan riang gembira. Rasanya baru kemarin kita balik kampung berhari raya. Hari ini arus balik mencapai puncaknya.

Sebetulnya arus balik sudah mulai melapah naik semenjak raya ketiga. Migrasi manusia meninggalkan halaman kampung menuju negeri perantauan semakin menyemut.

Menyaksikan drama arus balik ini, mengingatkan pada Hari Palang Merah Internasional dan Hari Migrasi Burung Sedunia yang diperingati setiap 8 Mei. 

Hari Palang Merah Internasional ditetapkan sebagai penghargaan atas jasa penemu gerakan palang merah dunia yaitu Henry Dunant yang lahir pada tanggal 8 Mei 1948.

Hari Migrasi Burung Sedunia (World Migratory Bird Day) dicanangkan pada tahun 2006 di Kenya dan diperingati setiap tanggal 8 Mei untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan kerja sama internasional bagi melestarikan burung-burung yang bermigrasi.

Migrasi manusia sempena Aidil Fitri setiap tahun ini laksana migrasi burung musiman.Ianya juga dapat membabitkan petugas Palang Merah bila terjadi kecelakaan tak terduga akibat ketidakdisiplinan para pengguna jalan.

Memang ramai manusia yang suka “memintas di jalan kehidupan” ini berbanding dengan mereka yang tertib antrian ikut aturan. Maka tak heran jika ramai yang tercampak, terpelanting, telentang-telungkup, dan hina dina merayap di samudera kehidupan.

Pemandangan tak mau mengatur diri dan tak suka diatur pertugas ini dapat ditengok mulai dari loket penjualan tiket hingga ke pintu masuk kapal pengangkut manusia beserta barang.

Ketidakteraturan mengantri saat membeli tiket ini makin seru dengan suara pekik-pekau penjual tiket yang merayu-rayu calon penumpang.

Manajemen pekik-pekau ini masih eksis di sejumlah pelabuhan/terminal. Padahal, ilmu dan teknologi manajemen pemasaran transportasi sudah sedemikian lesat dan pesat berkembang.

Kelak, mendekati pelabuhan tujuan, kembali para penumpang sibuk tak sabar berebut-rebut nak keluar sampai menyumbat pintu. Terakhir, kembali berebut-rebut dan tarik-menarik dalam urusan mencari travel atau bus di lapangan parkir pelabuhan.

Tapi disitu lah pula seni dan serunya mudik berlebaran. Tabiat manusia berpindah tempat memang cenderung macam Lalang yang tumbuh tak teratur. Mungkin itu sebabnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan frasa berlalu-lalang sebagai ketidak-keruan atau tidak teratur rapih.

Lalang (latin: Imperata cylindrica) memang tumbuh tak teratur. Hampir tak pernah mendengar ada orang dengan sengaja menanam Ilalang, meskipun air rebusan akarnya berkhasiat untuk meredam hipertensi, panas dalam hingga mimisan.

Jikalau tak tertib berlalu-lalang, baik di darat, laut, maupun udara memang alamat petugas Palang Merah akan berpeluh-penat mengurus korban lakalantas.

Kalau kita tertib, maka sungguh pemandangan indah akan terlihat macam migrasi burung yang terbang membentuk konfigurasi khas di angkasa.

Alangkah seronok pemandangan, jika lalu-lalang manusia balik pasca lebaran dapat berlalu tertib dan teratur sehingga membuat semua orang tenang, senang, nyaman, dan aman sampai ke tempat tujuan.

Bukankah kita baru saja lulus dari pelatihan intensif selama sebulan untuk mengatur hidup agar selamat dan  sentosa dunia dan akhirat?

Budaya disiplin berlalu-lalang bisa melahirkan manusia yang hebat dan bermartabat. Barulah kita pantas bertanding dan bersanding dengan masyarakat berperadaban maju.

Mereka memiliki kesadaran tinggi mengatur diri sendiri dan menghormati hak orang lain sehingga ruang publik menjadi pelantar pertemuan yang kohesif, nyaman dan berkesan.

Indah memang Bukit Barisan
Telentang berjajar menatap awan
Hati-hati kembali ke perantauan
Semoga selamat sampai tujuan

Apa Maciam…?***

Baca:  Kampung Rohani

#Kolom21

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Respon (2)

  1. Indah memang Bukit Barisan
    Telentang berjajar menatap awan
    Teruntuk sanak saudara perantauan
    Semoga ketemu lagi di tahun depan

  2. Kegiatan mudik memang sangat merindukan setelah setahun lamanya sibuk bekerja, walaupun macet menjadi seni tersendiri dalam perjalanan. Kadang memang ketidakteraturan atau ketidakdisiplinan membuat sevuah masalah.
    Semoga kita bisa menikmati mudik yang lebih indah ntuk tahun2 berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *