Suhu Politik Mulai Memanas, Ketua Umum Partai ‘Cek Ombak’

Para ketua umum partai politik mulai bergerak, ini pertanda tahun politik sudah dimulai (net)

LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Suhu politik menjelang Pemilihan Presiden 2024 mulai memanas. Para Ketua Umum Partai mulai cek ombak.

Tiga ketua umum partai politik, Golkar, PAN dan PPP, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Suharso Monoarfa mendeklarasikan poros politik bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Usai deklarasi KIB ini, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto langsung sowan ke kediaman Ketum Partai NasDem Surya Paloh pada 1 Juni 2022. Usai pertemuan, Prabowo mengeluarkan pernyataan, memberi sinyal akan mengusung calon pemimpin muda.

Namun pernyataan itu diluruskan pengurus Gerindra. Sekjen Gerindra Ahmad Muzani menegaskan Prabowo akan segera mengumumkan untuk maju sebagai Capres 2024.

Lima hari kemudian, 5 Juni 2022 malam, giliran petinggi Demokrat bersilahturahmi politik dengan Surya Paloh.

Tidak tanggung-tanggung, kedatangan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono juga didampingi sang ayahandanya yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) Kunto Adi Wibowo mengatakan, para ketua umum ini turun cepat membahas koalisi, karena dalam Pilpres 2024 nanti tidak ada inkumben.

“Kalau menurut saya ini faktor yang membuat para petinggi parpol turun gunung. Dan faktor lain karena tidak ada incumbent di 2024. Semuanya relatif wajah baru, tokoh baru, kecuali Pak Prabowo, tapi beliau bukan incumbent,” kata Kunto seperti dilansir Liputan6.com, Rabu, 8 Juni 2022.

Dalam analisanya, Pilpres nanti bakal ada tiga koalisi atau lebih.

“Yang pertama PDIP dia bisa sendirian, yang kedua kan sangat mungkin Gerindra dengan PKB. Yang ketiga NasDem, PKS, dan Demokrat. Atau antara NasDem dan Demokrat bisa tukar-tukaran dengan PKB dan Gerindra. Jadi maksimal empat,” ungkap Kunto.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin melihat pergerakan para ketua umum ini menandakan bahwa tahun politik telah datang.

“Kalau tidak bergerak, SBY tidak bergerak, bisa jadi AHY akan ketinggalan kereta,” kata dia.

Ujang menyadari belakangan terakhir NasDem menjadi sorotan. Karena, KIB sudah dibentuk, tinggal harapannya merekalah bisa membentuk poros baru atau minimal bisa menciptakan lebih dari dua pasang calon.

“Oleh karena itu sebenarnya yang mesti kita amati bagaimana NasDem, Demokrat, PKS kita dorong bisa menjadi poros baru. Agar Pemilu bisa berwarna dan mengindari polarisasi,” ungkap dia.

Namun, dua pasang calon di Pemilu 2024 bisa saja terjadi jika NasDem akhirnya belum bisa membangun koalisi dengan baik. Terlebih saat ini, KIB hanya mengunci partai saja untuk berkoalisi.

“Dia mengunci partainya tapi tidak mengunci capres cawapresnya karena tidak ada. Makanya untuk partai lain yang belum, harus gercep untuk bisa membangun koalisi diantara yang belum itu,” tutur Ujang.

Akan Jadi Partai Penentu?

Dalam suasana tahun politik ini, NasDem menjadi parpol yang paling disorot dan didatangi oleh para petinggi parpol.

Bagaimana tidak mungkin, dia dikaitkan dengan satu calon presiden yang bisa dibilang memiliki elektabilitas tinggi. Yaitu, Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Bahkan, dianggap sejumlah kalangan bisa menentukan akan hadirnya poros politik baru menyusul KIB.

“Pak Surya Paloh dengan gagasan politiknya bukan melihat kekuasaan itu segala-galanya. Inilah yang saya kira menjadi magnet para ketua-ketua partai itu merapat. Mulai dari Pak SBY dan Pak Prabowo. Politik atau gagasan kebangsaan Pak Surya Paloh ini identik tidak mau berhadapan dengan 2014 dan 2019. Pak Surya Paloh maunya politik kebangsaan dan politik yang bermanfaat,” kata Ketua DPP Bidang Media dan Komunikasi Publik Partai NasDem Charles Meikyansah.

Meski demikian, dia menegaskan, pihaknya tak ingin jumawa kalau Nasdem bisa disebut partai penentu atau kunci.

“Tapi ini menjadi dahaga bahwa yang bisa mempertemukan gagasan untuk negara, jadi tidak lagi politik kekuasaan tapi lebih kepada kebermanfaatan untuk negara dan adanya tokoh yang bisa mempertemukan itu. Jadi biarlah masyarakat yang menentukan, karena partai kita ini partai yang baru 10 tahun, tapi alhamdulilah kepercayaan masyarakat yang menentukan,” tutur Charles.

Editor: Deandra

 

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *