Puisi-Puisi Karya Hafney Maulana

Bagai Burung-Burung
Attar Aku Mencari Cinta

Puisi: Hafney Maulana

sayapku melepas tuntas segala ingin
sampai pada tepi pantai beringin
muara asal mula waktu segala awal segala akhir
gemetar bibir menuai hikmah zikir
hu allah,  matiku berulang kali

seperti lukisan angsa dengan pigura
yang lapuk, menunggu dengan risau sebilah pisau
karena musim tak pernah menunggu
air mataku yang
menemukan sunyi dalam diri
o, siapa yang masih menyisakan rindu

aku pun melarutkan gelap malam
di tepi sepi
mencari resah pada desah
amuk rindu  demi cinta segala pinta
menjadi hamba sebenar hamba
bagai musa di tursina
menggigil menemu cahaya

hu allah
kuseka malam di  pipi yang basah
hangat dan asin
seperti laut
gairahku tiada rasa takut
pada maut!

Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017/2020

Misteri Cinta

Puisi: Hafney Maulana

pada penghambaan cinta
seribu kata bukan apa-apa
wajahmu bercerita
tentang kepedihan atau kegembiraan
dan air mata kerinduan
bagai nabi ya’qub yang rindukan yusuf
merenda gelap dalam kebenaran cinta
jika api telah membakar cintamu
maka luas samudra kau temukan di matamu
angin juga. semua rimba
bagai magma yang keluar dari labirin kasih
: cinta itu laksana api
duduklah dalam api*)
jika kau telah membakar dirimu
dengan cinta
maka kau akan mendapatkan
hakikat kebahagiaan
bagai ibrahim yang menemukan cintanya
pada api namrud
dengan ribuan mawar yang bermekaran
masihkah kau meragukan cinta?
wujud yang  misteri
dalam sunyi dalam nyanyi
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017/2020

*) Petikan sajak Jalaluddin Rumi “Tradisi dan Intuisi”

Muara Cinta

Puisi: Hafney Maulana

telah ku simpan risalah cinta dalam ijab kabul setiap amin
ucapkan janji seperti sungai yang beriak alirkan harapan
membilang seribu langkah dalam kalam mimpi yang fana
kalimat-kalimat yang kurajut pada pelaminan
mendekap  anak-anak kita ke sungai waktu
mengejar kupu-kupu hinggap sepanjang padang
telah ku simpan risalah cinta
sepanjang musim seperti pada kelahiran yang telah
kita sepakati
mendekap tangis pertama pada tanggung jawab
kekhalifahanku
maka atas nama cinta  yang dirisalahkan
berlayarlah di laut  tenang  sampai ke batas senja
sambil belajar  mengeja huruf-huruf di langit janji

Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2020

Risalah Cinta

Puisi: Hafney Maulana

telah kutulis namamu dalam risalah cinta
seperti cakrawala menggerai cahaya
di padang rumput yang membentang
aku pun mengutip-ngutip namamu
dengan tangan takdir
dan menyimpannya di dadaku
— cinta seperti pagi yang merindukan matahari
kerinduan yang menusuk seperti pisau belati
pelan namun pasti mendanau di bola mata
seperti burung-burung berhamburan ke ranting pohon
kenangan  mengencani hari-hari mati
— di mana kau sembunyikan cintaku?
seperti layla dan majnun
kau puisikan langit dan laut
dengan ketabahan gelombang pasang
namun kita tak dapat menjawab
kepada perpisahan yang menjadikannya
saling sapa

Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2020

Munajat Cinta

Puisi: Hafney Maulana

di gelapnya malam. aku sirna
bagai sirnanya dirimu
hai bayang-bayang
kutatap mata kaki, mencari telapak
yang menapak di bumi—

jejak ini pun hilang
sungguh fakirnya aku
layakkah aku merindukan tangan
cinta-mu?
kujadikan air mata tasbih semesta
menghapus duka dan sepiku
pintaku pada-mu, sanggupkah aku
mengejar-mu?
begitu rapuh tulang-tulangku
tapi sampai di mana?
aku harus memikul kerinduanku
aku menunggu,
langit dan bumi bersatu
bagai bersatunya bayangan dengan diriku
semesta melebur api menjadi zat dalam darah
angin menjadi napas
jika benar aku hamba yang menghamba
leburkan aku dalam diri-mu

Tembilahan, negeri seribu parit, 2017/2020

 

Hafney maulanaHafney Maulana, lahir di Sungai Luar, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Kumpulan Puisi tunggalnya terkumpul dalam :  Ijab Kabul Pengantin ( 2012), 100 Sonian “Hujan Dini Hari” ( 2016), Nikah Hari (2016), “Memetik Cahaya” (2017), “Izinkan Aku Menjelujur Kata” (2020). Tahun 1996 diundang ke TIM Jakarta dalam Mimbar Penyair abad  21 bersama Edi Akhmad RM dan Yoserizal Zen. Menerima Anugerah Pemangku Seni Tradisional bidang Sastra dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, tahun 2014. Pemenang Puisi Terbaik dalam Antologi 1000 Puisi Guru Asean, 2018. Sekarang menetap di Tembilahan, Riau sebagai Pengawas Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Baca: Puisi Terjemahan Derek Alton Walcott

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *