Menyikapi Wabah

hijrah

Iza sami’tum bi al-tha’un bi ardhin fala tadkhuluha waa iza waqoa bi ardhin wa antum biha fala takhruju minha. (HR Muslim).

APABILA kau dengar wabah tha’un melanda suatu negeri maka jangan masuki negeri tersebut, apabila tha’un sedang melanda di suatu negeri dan kamu sedang berada di dalamnya maka jangan pula keluar dari negeri itu.

Demikianlah peringatan nabi dan metode yang dilakukan kala menghadapi wabah yang sedang melanda. Jika sedang terjadi di suatu negeri, maka jangan berkunjung ke negeri itu. Andaikata sedang berada di negeri yang sedang dilanda wabah, maka jangan pula lari atau keluar dari negeri tersebut.

Suatu ketika Khalifah Amr bin Ash meminta Abi Ubaidah kembali ke Madinah. Ia merupakan salah seorang sahabat yang ikut perang Uhud.
Abu Ubaidah menulis surat buat khalifah: “Wahai Amir Mukminin, aku telah memahami keperluanmu. Akan tetapi aku sedang berada di tengah-tengah kaum muslimin yang sedang dilanda malapetaka di Syam ini. Dan tidak patut aku menyelamatkan diri sendiri. Aku tidak mau meninggalkan mereka sampai Allah Swt menjatuhkan takdirnya atas diriku dan mereka. Bila surat ini sudah sampai di tanganmu, bebaskanlah aku dari perintahmu, dan izinkan aku tetapi tinggal di sini.”

Konon khalifah menangis setelah membaca surat sahabatnya itu. Tak lama setelah itu terdengar kabar kalau Abu Ubaidah memang meninggal akibat wabah tersebut. Konon sekitar 25000 sampai 30000 korban jatuh saat itu.

Sikap menghadapi wabah: Pertama, segala yang tejadi merupakan takdir Ilahi. Untuk itu, dengan cara mendekatkan diri selalu kepada-Nya merupakan langkah awal yang amat mangkus untuk menghadapinya. Akui kelemahan dan kekurangan diri di hadapan-Nya. Jangan pernah sombong dan merasa serba boleh dalam bentuk apapun. Keangkuhan merupakan pintu musibah. Merendah dirilah di hadapan Ilahi. Rendah hatilah di hadapan makhluk-Nya. Kedua, bersangka baik kepada Allah Swt. Dalam satu hadits Qudsi dijelaskan: “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hambaKu pada Ku, oleh karena itu hendaklah ia berpransangka (baik?) kepadaKu.”

Dengan selalu berprasangka baik kepada-Nya maka sesuatu yang baik insya Allah akan tercurah. Jangan sekali-kali terlintas dan terucap sesuatu yang akan membuat Dia marah karena semua itu akan mendang bala dan bencana.

Ketiga, menjaga aturan Allah. Ihfazillaha yahfazka: Jagalah Allah, maka Ia akan menjagamu. Artinya, ikuti dan taati serta laksanakan sesuatu yang diperintah-Nya. Jangan sekali-kali membangkang terhadap aturan yang telah ditetapkan-Nya. Jangan pernah melakukan yang dilarang-Nya. Bersikaplah dengan cara sami’na wa atha’na: “kami dengar dan kami taati aturan-Mu” dalam semua aspek kehidupan ini. Keempat, tawakkallah selalu kepada Allah Swt: Ma ashaba min mushibatin illa bi iznillah, waman yukmin billah yahdi qalbahu, wallahu bikulli syai in ‘alim. Tidak ada satupun musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan siapa saja yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk ke dalam hatinya, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. (QS: At-Taghabun: 11).

Kelima, jangan sampai membahayakan orang lain. “La dharara wala dhirara”. (HR Malik, Daruquthni, Hakim dan Baihaqi). Artinya, bila dalam dirimu terdapat sesuatu yang membahayakan orang lain, termasuk penyakit berbahaya, hindarilah untuk kontak intim dengan orang lain. (ini tidak bermaksud memutuskan tali silaturrahim). Oleh karena wabah covid-19 yang gejalanya terkadang tak terlihat, maka jangan terlalu akrab pada saat wabah ini sedang melanda. Bergaul dan berinteraksilah sekadarnya saja. Keenam, bagi yang sedang ditimpa wabah, maka segeralah berobat, baik secara medis maupun terapi doa-doa. Jangan pernah putus asa karena perbuatan itu dimurkai Allah. Setiap penyakit ada obatnya. Untuk itu berikhtiar atau berusahalah untuk menyembuhkannya. Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan usahamu.

Ketujuh, amat banyak malapetaka, wabah dan bencana terjadi akibat ulah tangan manusia. Untuk itu segera bertaubat atas semua silap dan dosa yang pernah dilakukan selama ini. (Suatu ketika nabi memberi pesan penting kepada para Muhajirin: “Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya. “ Beliau lalu melanjutkan: “Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit thau’n, dan sakit yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka; tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau panjang, dan penguasa yang zalim; tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air  untuk mereka, kalau tidak karena binatang-binatang ternak mereka niscaya mereka tidak akan diturunkan hujan; tidaklah mereka melanggar janji Allah dan rasul–Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya; dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah, dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka”. (HR Ibnu Majah). Pada satu ayat Alquran diterakan: Zaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aidinnas, liyuziqahum ba’dhallazi amilu la’lallahum yarji’un.

Kedelapan, ikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Memakai masker; mencuci tangan dengan sabun di air mengalir; menjaga jarak; menjauhi kerumunan; mengurangi mobilitas; menghindari makan bersama terutama di tempat-tempat umum. Kesembilan, berdoalah selalu kepada-Nya dengan do’a: Allahumma inni’ azubika minal barosh, wal junun, wal juzam wasyai il asqam: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila, dan penyakit berbahaya lainnya. Kemudian berdoalah: Allahummadfa’ ‘anna al-ghala’ wa al-bala’ wa al-waba’ wa al-fakhsya wa al-munkar wa al-suyuf al-mukhtalifata wa al-syadaida wa al-mihana ma zahara minha wama bathan min baladina khasshah wa min buldan al-muslimina ‘a’mmah innaka ‘ala kulli syai in qadir… serta do’a-do’a lainnya.

Semoga Allah Swt selalu menghindarkan, menyehatkan, dan menyelamatkan manusia beriman dari segala bentuk wabah dan mala bencana sehingga hidup dunianya penuh berkah, kehidupan akhiratnya mendapat ridha dengan bermastautin di surga-Nya. Amin. Wallahu a’lam. ***

Baca : Figur Ibrahim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *