Perjalanan

hijrah

PERJALANAN merupakan aktivitas manusia yang tak dapat dielakkan. Ia ada sejak manusia lahir. Kelahiran manusia sepertinya memang untuk berjalan, untuk melakukan safar. Dalam perjalanan, banyak hal yang dilihat, dirasa, ditemui dan dilakukan. Ada yang indah, jelek, baik, buruk, enak dan tak enak, susah, senang dan sebagainya. Perjalanan pun memiliki aturan dan rambu-rambu yang mesti dipatuhi. Jika abai dan tak acuh pada ketentuan yang sudah ditetapkan, maka keselamatan menjadi kehancuran, kenikmatan berubah menjadi petaka dan kesengsaraan. Aturan dan ketetapan mutalk itu adalah aturan Ilahi.

Jika perjalanan sedang di angkasa, lihatlah langit biru dengan awan-awan yang bergerak pelan, saksikan lautan yang jauh di bawah, yang hijau bak permadani yang sedang luas terbentang. Pandanglah hamparan keluasan semesta. Dari itu semua akan diketahui betapa tiada berartinya diri. Ya, di keluasan semesta Ilahi, beta siapa cuma?

Berjalanlah di persada bumi, bersiarlah ke seantero mayapada, cari dan nikmatilah karunia yang telah terhampar. Gali, cari, ciduk, rambah dan manfaatkan semuanya. Gunakan untuk memakmurkan semesta akan tetapi jangan lupa kepada sesuatu yang telah menciptakan segalanya, yang dilihat, dirasa dan disaksikan selama perjalanan tersebut.  Merenunglah, berpikirlah, berzikirlah. Menunduklah, diamlah. Rasakan dengan serasa-rasanya, teguk seperisa-perisanya.

Jika itu semua dilakukan, semoga diri kita yang tiada berdaya upaya akan memperoleh kegembiraan, kenyamanan dan kemenangan.
Apabila telah mendirikan shalat maka bersiarlah di serata bumi carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu memperoleh keberuntungan.” (Q.S: al-Jumu’ah: 10)

Tuhan menciptakan manusia untuk berjalan dan dalam perjalanan. Mulai dari fase rahim ibunda hingga kelak kembali ke alam asal. Perjalanan tersebut sesungguhnya sedang menyiapkan bekal pulang.

Dunia ini bukan rumah sejati. Alam dunia yang seolah indah tiada tanding ini suatu ketika akan ditinggalkan.  Ia hanya pondok ladang di kaki gunung untuk menanam benih kebaikan dan kebajikan di tanah luas terbentang. Ya, untuk menanam biji yang menumbuhkan tetanaman yang memiliki bunga-bunga yang indah, sedap dipandang mata, harum semerbak wanginya yang pada akhirnya berbuah lezat dan mengenyangkan.

Jika sudah masak, tuailah, kemas buahnya, masukkan ke dalam uncang, ke dalam sumpit. Simpan dalam lengkiang alias lumbung yang kuat lagi kokoh. Jangan biarkan ia terserak atau mungkin busuk karena dimakan ngengat atau rayap atau tikus atau ditimpa hujan. Ngengat, rayap dan tikus itu dapat berupa sebagai tidak ikhlas dan sebagainya.

Simpan ia baik-baik bak menyimpan benda pusaka yang amat berharga. Jangan sampai sesuatu yang sudah ditanam, dipetik, dituai dan dikemas lalu disimpan akan hilang begitu saja. Perjalanan masih jauh. Sungguh masih jauh.

Kini masih berada di fase rihlah yang kedua, yaitu di alam dunia. Masih ada fase berikutnya, yaitu alam kubur atau barzakh, yaum al-ba’ats, yaum al-mahsyar, yaum al-mizan, yaum al-hisab, dan seterusnya.
Indah dan tak indahnya perjalanan amat panjang yang akan dilalui itu terletak pada saat ini, saat manusia berada di alam dunia fatamorgana ini. Jadi, jangan sia-siakan kehidupan yang indah ini.

Fitrah kehidupan manusia tidak hanya lahir, hidup, mati lalu semuanya selesai. Kalau demikian apa bedanya manusia dengan hewan? Semua yang dijalani dan dilakukan akan diminta pertanggungjawaban. Untuk itu pahami benar dari mana diri yang hina ini berasal, sedang di mana ia kini, ke mana suatu hari nanti. Hitung biji-biji yang sudah ditanam, apakah biji berbuah manis lebih banyak yang disemai atau barangkali biji yang busuk yang telah tumbuh berkecambah?

Apakah biji yang busuk dan memabukkan yang disimpan atau memang biji bernas dan wangi yang tersimpan di dalam khazanah hidup?
Surat Ali Imran ayat 137: “… Berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan dari orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Wallahu a’lam. ***

Baca : Lidah di Ujung Jari

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *