Bisnis  

Pelita Air Bakal Gantikan Garuda Indonesia

LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Garuda Indonesia disebut -sebut berpotensi mengalami kegagala restrukturusasi hutangnya yang menembus angka Rp 70 Triliun. Kondisi ini bakal memaksa pemerintah untuk mempersiapkan penggantinya. Pemerintah dikabarkan sedang menyiapkan maskapai Pelita Air untuk menggantikan perusahaan penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo membenarkan adanya rencana pemerintah menjadikan Pelita Air sebagai maskapai berjadwal. Dia menjelaskan rencana tersebut telah disiapkan untuk mengantisipasi apabila restrukturisasi dan negosiasi yang sedang dijalani Garuda Indonesia tak berjalan mulus. 

“Benar karena kalau recovery penumpang udara meningkat, akan terjadi shortage serius jumlah pesawat di Indonesia. Ini karena banyak sekali pesawat yang digrounded oleh lessor,” ujar Kartika alias Tiko, seperti dikutip dari Bisnis.

Garuda Indonesia terancam gagal restrukturisasi akibat terlilit hutang. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ada rencana dari pemerintah menjadikan Pelita Air sebagai maskapai berjadwal jika restrukturisasi Garuda Indonesia tidak lancar.

Pelita Air merupakan perusahaan operator pesawat charter di Indonesia. Melansir laman p2k.um-surabaya.ac.id, Pelita Air telah berdiri sejak 1970 dengan nama Pertamina Air Service bertepatan dengan booming minyak pada masa Orde Baru. Sebabnya saat itu Pelita Air banyak melayani penyewaan penerbangan untuk perusahaan minyak, baik perusahaan asing maupun domestik.

Pelita Air mula-mula berdiri di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina. Perusahaan ini hanya memenuhi kebutuhan internal perusahaan selama beberapa saat sebelum akhirnya dikembangkan menjadi maskapai yang menyediakan layanan penyewaan pesawat bagi perusahaan lain yang sejenis.

Pada 1970 hingga 1990, Pelita Air menyediakan penyewaan pesawat bagi pelanggan tertentu saja. Pada 2000-an, Pelia Air sempat menyediakan layanan penerbagan umum domestik dengan nama Pelita AirVenture namun akhirnya ditutup setelah berjalan 2 tahun.

Pada 2020, Pelita Air melepaskan diri dari manajemen Pertamina. Kini, Pelita Air ada di bawah manajemen Pelita Air Service (PAS) dengan Albert Burhan, mantan CEO Citilink, sebagai Direktur Utama.

Menurut laman resminya, Pelita Air telah memperluas layanan untuk penerbangan VVIP, angkutan penumpang, kargo, jet eksekutif, transportasi lepas pantai, muatan eksternal, evakuasi medis, operasi seismik, survei geologi, helirig hingga pemadam kebakaran hutan. (net/jm)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *