Pemusnah Kebaikan

Jalaluddin As-Suyuti

“JIKA Allah menghendaki bagi seorang hamba, maka Dia akan mempekerjakannya.” Seseorang bertanya, “Bagaimana Dia mempekarjakannya wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Dia akan memberinya pertolongan untuk amal saleh sebelum mati.” (HR: al-Tirmizi).

Amal merupakan setiap perbuatan yang memberikan manfaat dan azab bagi pelakunya di dunia dan akhirat. Maka amal pun dapat berbentuk kebaikan dan berbentuk kejahatan.

Amal saleh dapat berupa amal jariyah dan amal ibadah. Amal jariyah dapat berupa wakaf, sedangkan amal ibadah seperti shalat, puasa, haji dan lainnya.

Apa yang yang merusak nilai amal kebaikan atau amal saleh?

Pertama, setiap ibadah sejatinya dimulai dari niat yang ikhlas. Agar amal ibadah bernilai dan bermanfaat bagi dunia dan akhirat, semestinya setiap amal diniatkan secara ikhlas hanya untuk Allah Swt.

Amal itu seumpama jasad, sedangkan keikhlasan adalah ruhnya. Demikian diingatkan oleh Ibn ‘Athaillah al-Sakandari.

Menurut Dzunnun al-Mishri, ada tiga tanda keikhlasan manakala orang yang bersangkutan memandang pujian dan celaan manusia sama saja; melupakan amal ketika beramal; dan jika ia lupa akan haknya untuk memperoleh pahala di akhirat karena amal baiknya.

Kedua, setiap amal kebaikan hendaknya berdasar pada tuntunan Alquran dan Hadits nabi Muhammad Saw serta berpandukan ilmu. Maka berilmu tentang apa yang akan diamalkan menjadi hal mustahak bagi seorang pengamal. Setiap amal perbuatan tidak akan bernilai kecuali didasari pada pengetahuan yang benar.

Imam Hasan al-Basri menjelaskan bahwa orang beramal tanpa ilmu seperti orang yang melakukan perjalanan pada rute yang salah, orang yang beramal tanpa ilmu akan merusak daripada memperbaiki, maka carilah ilmu yang tidak membahayakan ibadah dan carilah ibadah yang tidak membahayakan ilmu karena ada satu kaum yang mencari ibadah, tetapi meninggalkan ilmu sehingga mereka mengangkat senjata melawan umat Muhammad. Seandainya mereka mencari ilmunya maka mereka tidak akan melakukan hal tersebut.

Ketiga, menjauhi prilaku syirik. Prilaku ini dapat berbentuk jali (nyata) dan khafi (tersembunyi). Syirik jali merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan benda-benda atau makhluk secara nyata, seperti menyembah patung dan lain sebagainya. Sementara syirik khafi adalah perbuatan riya’, yaitu beramal untuk diperlihatkan kepada makhluk.

Al-Fudhail mengatakan bahwa menghentikan amal-amal baik karena manusia adalah riya’, dan melaksanakannya karena manusia adalah musyrik. Ikhlas berarti Allah menyembuhkanmu dari dua penyakit ini.

Keempat, melakukan prilaku hasad atau dengki dalam hidup. Nabi Muhammad Saw mengingatkan agar menjauhi sifat itu karena dapat menghapus amal-amal kebaikan seperti api yang melahap kayu bakar. Sabda nabi Muhammad Saw, “Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah khuldi dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah-seorang anak Adam membunuh saudaranya. (HR: Ibn ‘Asyakir dari Ibn Mas’ud).

Imam Al-Quyairi an-Naisabury menyebutkan, dikatakan, di antara tanda-tanda seorang pendengki adalah penjilat orang lain manakala orang itu berada di dekatnya, memfitnahnya manakala tidak berada di dekatnya, dan merasa senang apabila ada bencana yang menimpa diri orang lain.

Berhati-hati dan menjauhi perusak amal saleh merupakan sikap seorang bijak. Wallahu a’lam. ***

Baca : Kepinding

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *