Sekolah Pembelajar

Kesehatan Bumi

ALHAMDULILLAH; anak-didik kita masih bisa belajar di sekolah, kecuali anak-anak di Kabupaten Pasaman yang sekolahnya rusak terkena gempa tiga hari lalu. Apatah lagi sekolah-sekolah di Ukraina. Tentu anak-anak di sana tak dapat belajar karena sekolah mereka bersepai kena lantak rudal Rusia yang kemaruk berperang.

Menyambung tulisan Ahad lalu soal Kurikulum Merdeka, maka transformasi Lembaga pendidikan menjadi organisasi pembelajar (baca: Sekolah Pembelajar) merupakan sebuah keharusan agar Sekolah Penggerak dapat semakin lincah begerak.

Perkembangan manajemen pengetahuan telah mampu melahirkan organisasi pembelajar, yaitu kata kiasan yang menggambarkan organisasi sebagai sebuah sistem yang terintegrasi dan senantiasa adaptif karena individu-individu dalam organisasi tersebut mengalami proses belajar yang dilandasi oleh budaya kerjanya yang unggul.

Organisasi pembelajar dipopulerkan oleh Peter Senge (1999) lewat bukunya yang fenomenal “The Fifth Discplines”. Ia mendeskripsikan organisasi pembelajar sebagai tempat orang-orang yang terus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan.

Dalam organisasi semacam itu, pola pikir baru dan wawasan yang luas terus dipupuk. Aspirasi kolektif dibiarkan bebas, dan orang-orang terus belajar bagaimana belajar bersama. Mereka mahir dalam mengkreasi, memperoleh, dan mentransfer pengetahuan-pengetahuan baru, dan memodifikasi perilakunya untuk merefleksikan pengetahuan dan wawasan baru tersebut.

Unit pembangun organisasi pembelajar adalah keterampilan dalam lima aktivitas utama. Pertama, kemampuan pemecahan masalah secara sistematis. Kedua, berani bereksperimen dengan pendekatan-pendekatan baru. Ketiga, belajar dari pengalaman mereka sendiri dan sejarah masa lalu. Keempat, belajar dari pengalaman dan praktik terbaik dari orang lain. Kelima, mentransfer pengetahuan baru tersebut secara cepat dan efisien ke seluruh organisasi.

Organisasi Pembelajar memupuk seni mendengarkan secara terbuka, penuh perhatian. Manajer harus terbuka untuk suatu kritik yang konstruktif demi kemajuan organisasi. Pengelolaan lembaga pendidikan berbasis organisasi pembelajar semakin dipandang urgen dari perspektif transformasi menjadi Sekolah Penggerak.

Kelincahan Sekolah Penggerak sebagai respon adaptif terthadap tuntutan perubahan amat ditentukan oleh kapasitas Organisasi Pembelajar memang tidak terjadi secara kebetulan, melainkan harus dikreasi (Schlechty, 2009).

Pemimpin sekolah harus membuat pilihan strategik untuk mengubah sekolah mereka dari sekolah birokratif menjadi organisasi pembelajar yang efektif. Guru Inti, Pengawas, dan Kepala Sekolah harus memiliki wawasan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun komitmen serta kapasitas yang dibutuhkan untuk menggerakkan agenda transformasi.

Manajemen pengetahuan saat ini mulai banyak diterapkan pada sekolah-sekolah sebagai organisasi pembelajar karena desakan peningkatan akuntabilitas dari publik. Sekolah seyogyanya merupakan sebuah organisasi pembelajar dimana seluruh komunitasnya (Kepala Sekolah, Guru, dan Staf) dituntut melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran organisasional secara terus menerus.

Praktik manajemen pengetahuan ini bisa membantu sekolah dalam pemerolehan, kodifikasi dan distribusi pengetahuan di sekolah melalui aplikasi teknologi komunikasi dan informasi atau melalui interaksi warga sekolah secara efektif. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung proses organisasi dengan cara melibatkan inovasi pembelajaran individual, pembelajaran kolektif dan pengambilan keputusan secara kolaboratif.

Efektivitas penerapan manajemen pengetahuan dalam Sekolah Pembelajar sangat ditentukan oleh kemampuan transformasi dari pengetahuan yang belum terdokumentasi (tacit knowledge) menjadi pengetahuan yang dapat didokumentasi atau dikodefikasi (explicit knowledge) secara berkelanjutan melalui spiral pembelajaran individu dan organisasi.

Transformasi menjadi Sekolah Pembelajar tidak dapat dibangun dalam waktu semalam. Langkah pertama yang harus ditempuh oleh sekolah dalam membangun sebuah organisasi pembelajar adalah menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Sekolah harus membangun budaya belajar.

Pengetahuan merupakan salah satu aset terpenting dari organisasi sekolah dan menentukan keberlanjutan sekolah. “Mengajar berarti belajar lagi”, kata Oliver Wendell Holmes.

Apa Maciam…? ***

Baca: Kurikulum Merdeka

#Kolom11

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *